Monday, December 20, 2021

KULIAH 11 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

 

Kuliah 12

Administrasi Pendidikan

 

Bimbingan Dan Konseling

A.  Pengertian Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku[1].

Menurut Rochman Natawijaya, mengertikan Bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial [2].

Menutut Kartini Kartono, Bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong kepada orang lain yang memerlukan pertolongan [3].

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa” Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sebuah kelompok secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing )  agar menjadi individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang memahami dirinya, lingkungannya, dan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya  dan dapat mengembangkan potensinya secara mandiri.

Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien [4].

Winkel mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus[5].

Dari pengertian konseling di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah usaha membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien

Dari uraian tentang bimbingan dan konseling di atas, apat dirumuskan bahwa bimbingan dan konseling adalah bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok dengan cara tatap muka dengan memberikan pengetahuan tambahan agar dapat mengatasi masalah yang dihadapinya dan dapat berkembanga dalam hubungan pribadi, sosial, dan lingkungan yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis.

B.  Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dari pengertian Bimbingan dan konseling di atas, dapat dirumuskan bahwa tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai pribadi dan makhluk sosial.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugastugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya  serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitankesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tenpat kerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) menggunakan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.

Secara khusus layanan Bimbingan Konseling di sekolah bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek pribadi-sosial, dan belajar. Bimbingan pribadi-sosial, dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan tugas perkembangan pendidikan.

Dalam aspek perkembangan pribadi dan sosial, bimbingan dan konseling dapat membantu siswa agar:

1.    Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kehususan yang ada pada dirinya.

2.    Dapat mengembangkan sikap posotif, seperti menggambarkan orangorang yang mereka senangi..

3.    Membantu pilihan secara sehat.

4.    Mampu menghargai orang lain.

5.    Mamiliki rasa tanggung jawab.

6.    Menggambarkan keterampilan hubungan antar pribadi.

7.    Dapat menyelesaikan konflik.

8.    Dapat membantu keputusan secara efektif.

 

Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan Bimbingan Konseling membantu siswa agar:

1.    Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.

2.    Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.

3.    Mampu belajar secara efektif.

4.    Memiliki     keterampilan    dan      kemampuan     dalam menghadapi evaluasi/ujian.

 

Adapun Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling antara lain :

1.    Fungsi Pemahaman

Yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman atas dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2.    Preventif

Yaitu upaya untuk mengantisipasi berbagai masalaha yang mungkin terjadi terhadap peserta didik. Melaui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.        

3.    Fungsi Pengembangan

Yaitu upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. 

4.    Fungsi Perbaikan.

Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

5.    Fungsi Penyaluran

Yaitu fugsi bimbingan yang membantu individu memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir ata jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan cirri-ciri pribadi yang lain.

6.    Fungsi Adaptasi.

Yaitu fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor atau guru untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat dan kemampuan serta kebutuhan individu (siswa).

7.    Fungsi Penyesuaian.

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama.

 

C.  Langkah-Langkah dalam Bimbingan dan Konseling

Dalam pemberian bimbingan dikenal adanya langkah-langkah sebagai berikut:

1.    Langkah identifikasi kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu.

2.    Langkah diagnosa

Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan cara mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.

3.    Langkah prognosa

Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang dilaksanakan untuk membimbing kasus.

4.    Langkah terapi

Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang telah ditetapkan dalam prognosa. Langkah ini memakan banyak waktu dan proses yang kontinu dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.

5.    Langkah evaluasi dan follow-up

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai dan mengetahui sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow-up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnyadalam jangkah waktu yang lebih jauh.

 

D.  Teknik Bimbingan dan Konseling

Teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

 

Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam bimbingan menggunakan dua pendekatan, yaitu pedekatan secara kelompok dan pendekatan secara individual. Pendekatan secara kelompok disebut juga bimbingan kelompok, dan pendekatan secara individual disebut bimbingan individual.

 

1.    Bimbingan kelompok (group guidance)

Bimbingan kelompok digunakan untuk membantu siswa atau sekelompok siswa dalam memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah-masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu masalah yang dampaknya dirasakan oleh kelompok atau dirasakan oleh individu sebagai bagian dari kelompok. Dengan demikian, bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mengatasi masalah bersama atau membantu individu untuk mengatasi masalah dalam suatu kelompok.

Teknik-teknik bimbingan kelompok sebagaimana yang dipaparkan oleh Djumhur yaitu:

a.  Home room program

Home room program yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal  siswa dengan lebih baik. Dengan mengenal siswa, guru dapat membantu masalah yang dihadapi siswa secra efesien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan siswa diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan hal yang dinggap perlu.

b.   Karyawisata

Karyawisata dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Dengan karyawisata, siswa mendapat kesempatan untuk mendapatkan bimbingan untuk mendapatkan informasi mengenai objek-objek yang dianggap perlu berkaitan dengan pendidikan, sehingga dengan karyawisata dapat menambah wawasan siswa. Dengan karyawisata juga siswa juga mendapat kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri dalam kelompok.

c. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.

d. Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok dapat dijadikan sebagai salah satu teknik yang baik dalam bimbingan, karena dengan kegiatan kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Dengan kegiatan kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan bakat-bakat, menyalurkan ide-idenya, dan mengembangakan rasa tanngung jawab.

e. Organisasi siswa

            Organisasi siswa merupakan salah satu cara alam bimbingan kelompok, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Organisasi siswa,memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Melalui organisasi, banyak masalah-masalah baik yang sifatnya indivual maupun kelompok dapat diselesaikan. Disamping itu, melibatkan siswa dalam organisasi dapat mengembangkan bakat kepemimpinan.

f.  Sosiodrama

Sosio drama dapat dijadikan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan masalah-masalah sosial melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah sosial.Dalam kesempatan itu, individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya, kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.

g.  Psikodrama

Psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada pada dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. Caranya dapat dilakukan dengan mengemukakan suatu cerita kepada sekelompok murid yang di dalamnya menggambarkan suatu ketegangan psychis yang sialami oleh individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkannya di depan kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam perana itu dapat mengurangi ketegangannya. 

h. Remedial teaching

Remedial teaching (pengajaran remedial) yaitu bentuk pengajaran yang diberikan kepada siswa untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial teaching berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Remedial teching ini merupakan salah satu teknik memberikan bimbingan yang dapat diberikan secara kelompok atau individu tergantung kesulitannya[6].

 

2.    Penyuluhan Individual (individual counseling)

Penyuluhan individu adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam membantu menyelesaikan masalah pribadinya secara langsung. Dalam teknik ini, pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara counselor dengan kasus. Masalah yang dipecahkan melalui teknik ini adalah masalah-masalah yang bersifat pribadi.

Dalam konseling individual, seorang konselor hendaknya bersikap memberi ruang dan suasana yang  memungkinkan konseli untuk membuka diri setransparan mungkin. Untuk itu konselor perlu menunjukan rasa simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh kasus (counselee). Empati artinya berusaha menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini counselee akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada counselor. Sikap ini akan sangat membentu keberhasilan dalam konseling.

Pada umumnya, dikenal tiga teknik khusus dalam konseling individual yaitu:

      a.       Directive Counseling

Directive Counseling yaitu teknik konseling dimana yang paling berperan ialah konselor; ia mengarahkan counselee sesuai dengan masalahnya. Karenanya, inisiatif dan peranan utama dalam pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis.

Langkah-langkah dalam konseling direktif yaitu:

1)      Analisis data tentang klien

2)      Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien

3)      Diagnosis masalah

4)      Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya

5)      Pemecahan masalah

6)      Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling

 

b.      Non-direktif counseling,

Non-directive counseling adalah kebalikan teknik direktif konseling, yaitu pemecahan masalah yang berpusat pada counselee atau klien. Dalam teknik ini, yang banyak berperan ialah klien, sedangkan konselor hanya menampung pembicaraan. Counselee bebas berbicara sedangkan counselor menampung dan mengarahkan. Melalui pendekatan ini klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaannya dan pikiran-pikirannya secara bebas.

Adapun penerapannya dalam proses non-direktif konseling sebagai berikut:

1)      Klien datang pada konselor atas kemauan sendiri. Jika klien datang karena disuruh orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif

2)      Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, untuk itu konselor menyadarkan klien

3)      Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima klien sebagaimana adanya.

4)      Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya

5)      Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya

6)      Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan)

7)      Klien merealisasikan pilihannya itu

      c.       Eclective Counseling

Eclective Counseling yaitu campuran dari kedua teknik konseling yaitu directive counseling dan non-direvtive counseling.

 

E.    Program-Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Agar kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan dengan baik, maka perlu disusun suatu program-program rencana yang baik sehingga kegiatan bimbingan dapat berjalan secara lebih efisien.

Program bimbingan dan konseling di sekolah sekurang-kurangnya harus mencakup dasar dan tujuan, program jangka pendek, program jangka panjang, program umum, program khusus, prosedur kerja, personalia, organisasi, perlengkapan dan pembiayaan.

Program khusus dari seluruh program bimbingan di sekolah pada umumnya meliputi:

1.    Program testing

       Program testing dalam konseling yaitu suatu penilaian atau pengukuran yang bertujuan untuk menyediakan informasi individu baik untuk mengetahui perilaku maupun potensinya.  Penggunaan test dalam konseling bertujuan untuk (a) keperluan seleksi; (2) penempatan siswa sesuai dengan kemampuannya; (3) pelaksanaan kegiatan sehari-hari (psikologis).

2.    Program orientasi

Program orientasi adalah mengenalkan kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuh di sekolah kepada siswa. Pengenalan ini bertujuan agar siswa dapat menyesuaiakan diri ketika masuk ke lingkungan sekolah.

3.    Program pengumpulan data

Program pengumpulan data adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh keterangan tentang diri siswa secara lengkap. Program ini merupakan pelengkap dari program testing.

4.    Program penempatan

Program penempatan adalah layanan konseling yang memungkinkan siswa memperolah penempatan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pada awal ajaran baru, penempatan terutama diarahkan pada penempatan kelas, jurusan, dan kelompok-kelompok khusus.

5.    Program follow up dan evaluasi

Program follow up dan evaluasi adalah program yang didasarkan pada  prinsip bahwa sekolah tetap punya tanggung jawab terhadap berhasil tidaknya siswa yang telah menamatkan sekolahnya. Untuk  itu, sekolah harus mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil atau gagal di masyarakat.

 



[1] Prayitno, Erman Amti, Dasar-daras Bimbingan dan Konseling,Jakarta, Rineka Cipta, 2004, 99

[2] Rohman Natawijaya, Pedoman Supervisi, Dep. P dan K, Jakarta, 1980, 36.

[3] Katini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, Jakarta, Rajawali, 1985.

[4] Prayitno, Erman Amti, Dasar-daras Bimbingan dan Konseling,Jakarta, Rineka Cipta, 2004, 105.

[5] Winkel, W.S, Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan- Edisi Revisi, Jakarta, Gramedia, 2005, 34.

 

[6] Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung, CV Ilmu,1975, 106-109.