Monday, December 13, 2021

KULIAH 10 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

 

Kuliah 10

Administrasi Pendidikan

 Administrasi Supervisi Pendidikan

A.  Pengertian Supervisi Pendidikan

 Menurut Good Carter dalam Piet A. Sahetian supervisi adalah usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru-guru da petugas-petugas lainnya dalam memerbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi ertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran[1]

Menurut Boardman supervisi adalah usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.

Menurut Mc Nerney supervisi adalah suatu prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.

Menurut Burton dan Bruckner supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Kimball Wikes supervisI adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan usaha memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.

 

B.  Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, yang berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas, termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak yang terkait

Tujuan supervisi pendidikan sebagaimana yang disampaikan oleh Peter F. Oliva  antara lain:

1.    Membantu guru dalam mengembangkan  proses kegiatan belajar mengajar

2.    Membantu guru dalam menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar.

3.    Membantu guru dalam mengembangkan staf sekolah[2].

 

C.  Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu unsur personal, material, dan operasional[3]. Oleh karena itu, supervisi pendidikan juga mencakup ketiga unsur tersebut.

1.    Unsur personal

Unsur personal dalam supervisi pendidikan adalah para personal dalam sekolah yang disupervisi yang terdiri dari kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru, dan siswa.

a.    Kepala sekolah

Hal-hal yang disupervisi terhadap kepala sekolah yaitu:

1)   Masalah jalannya pendidikan dan pengajaran

2)   Masalah program pendidikan dan pengajaran

3)   Masalah kepemimpinan kepala sekolah

4)   Masalah administrasi sekolah

5)   Masalah kerja sama sekolah lain dari instansi terkait

6)   Masalah kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra dan ekstra kurikuler.

b.    Pegawai tata usaha

Hal-hal yang perlu disupervisi terhadap kepala tata usaha dan seluruh stafnya adalah:

1)   Masalah administrasi sekolah

2)   Maslah data dan statistik sekolah

3)   Masalah pembukuan

4)   Masalah surat menyurat kearsipan

5)   Masalah rumah tangga sekolah

6)   Masalah layanan terhadap kepala sekolah, guru, dan siswa

7)   Masalah laporan sekolah, dan lain-lain.

 

c.    Guru

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru adalah:

1)   Masalah wawasan dan kemampuan profesional guru

2)   Masalah kehadiran dan aktifitas guru

3)   Masalah persiapan mengajar guru, mulai dari penyusunan analisis materi pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan pelajaran sampai dengan persiapan mengajar harian atau rencana pengajaran.

4)   Masalah pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler

5)   Masalah kerja sama guru dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata usaha dan dengan kepala sekolah.

6)   Masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga, dan masyarakat

7)   Masalah kemajuan belajar siswa

8)   Masalah sarana dan prasarana pendidikan

9)   Masalah metodologi pendidikan dan pengajaran

10)    Masalah kesejahteraan guru, dan lain-lain

d.   Siswa

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa antara lain adalah”

1)   Motivasi belajar siswa

2)   Tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa

3)   Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler

4)   Pengembangan organisasi siswa intra sekolah (OSIS)

5)   Sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa

6)   Keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan

7)   Kesempatan memperoleh layanan secara prima dari sekolah

8)   Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, termasuk laboratorium, perpustakaan, alat-alat olahraga, dan lain-lain.

 

1.    Unsur material

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik lainnya adalah:

a.    Ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, laboratorium, ruang praktek ibadah, aula, dan sebagainya.

b.    Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas-fasilitas pendidikan

c.    Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang.

d.   Pemanfaatan dan perawatan peralatan kesenian, dan sebagainya.

e.    Kelengkapan dan perawatan peralatan penunjang kegiatan administrasi sekolah, seperti mesin tik, computer, filling cabinet, dan lain-lain

f.     Pemanfaatan dan perawatan laboratorium dan perpustakaan sekolah.

2.    Unsur operasional

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap unsur operasional antara lain adalah:

a.    Masalah yang berkaitan dengan teknis edukatif yang mencakup

1)   Kurikulum

2)   Proses belajar mengajar

3)   Evaluasi/penilaian

4)   Kegiatan ekstra kurikuler

b.    Masalah yang berkaitan dengan teknis administratif yang mencakup:

1)   Administrasi personal

2)   Administrasi material

3)   Administrasi kurikulum

c.    Masalah yang berkaitan dengan koordinasi dan kerja sama yang mencakup:

1)   Sekolah dengan keluarga dan masyarakat

2)   Sekolah dengan sekolah lainnya

3)   Sekolah dengan lembaga swadaya masyarakat

4)   Sekolah dengan instansi pemerintah terkait

d.   Masalah yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan yang mencakup:

1)   Pengembangan KKG dan MGMP

2)   Pengembangan KKS dan MKKS

3)   Hubungan antara KKG dan MGMP

4)   Pendayagunaan wadah KKG dan MGMP yang ada

e.    Masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti:

1)   Peringatan hari besar nasional di sekolah

2)   Peringatan hari besar keagamaan

3)   Kegiatan olahraga dan kesenian di sekolah

4)   Kegiatan pesantren kilat

5)   Kegiatan kegiatan keagamaan

6)   Kegiatan sosial kemasyarakatan

 

D.  Fungsi Supervisi Pendidikan

Secara garis besar fungsi supervisi dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu dalam bidang kepemimpinan, dalam bidang pengawasan, dan dalam bidang pelaksanaan[4].

Fungsi kepemimpinan melekat pada diri supervisor karena dia adalah seorang pemimpin. Begitu pula pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan. Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena ia adalah para pelaksana di lapangan.

Gambaran tentang rincian fungsi-fungsi tersebut sebagaimana uraian berikut:

1.    Dalam fungsi kepemimpinan, seorang supervisor hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a.    Meningkatkan semangat kerja kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah yang berada di bawah tanggung jawab dan kewenangannya.

b.    Mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personel sekolah.

c.    Mendorong terciptanya aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personel sekolah.

d.   Menampung, melayani, dan mengakomodir segala macam keluhan aparat pendidikan di sekolah dan beruasaha membantu memecahkannya.

e.    Membantu mengembangkan kerja sama dan kemitraaan kerja denan semua unsur terkait.

f.     Membantu mengembangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah

g.    Membimbing dan mengarahkan seluruh personel sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada sekolah.

h.    Memiliki komitmen yang tinggi bahwa kepala sekolah, guru, dan seluruh staf bukan bawahan, akan tetapi merupakan mitra kerja.

 

2.    Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

a.         Mengamati dengan sungguh-sungguh pelaksanaan tugas kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah apakah tugas yang dilaksanakan itu sudah sesuai dengan rencana atau tidak.

b.        Mengawasi pelaksanaan adminsitrasi sekolah secara keseluruhan yang didalamnya terdapat administrasi personel, administrasi materil, administrasi kurikulum, dan sebagainya.

c.         Mengendalikan penggunaan dan pendistribusian serta pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah.

d.        Mengawasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, terutama dalam rangaka melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

e.         Melaksanakan fungsi penilaiakan dan pembinaan terhadap berbagai aspek yang menjadi tugas pokoknya

 

3.    Dalam melaksanakan fungsi pelaksana, supervisor hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut:

a.       Melaksanakan tugas-tugas supervisi/pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b.      Mengamankan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan

c.       Melaporkan hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.

 

E.   Model-Model Supervisi Pendidikan

Menurut Piet A. Sahertian, model-model supervisi yaitu:

1.    Model supervsi konvensional

2.    Model supevisi ilmiah

3.    Model supervsi klinis

4.    Model supervisi artistik

 

1.    Model konvensional

Supervisi konvensional merupakan refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat yang terpengaruh dari kekuasaan yang otoriter dan feodal sehingga membentuk pemimpin yang otokrat dan korektif. Dalam prakteknya seorang yang menerapkan model ini cenderung menampakkan perlaku dalam bentuk inspeksi untuk mencari kesalahan bahkan sering kali mematai-matai .

Model supervisi ini jika diterapkan di sekolah dapat menimbulkan implikasi negatif  terhadap perilaku guru. Guru merasa tidak puas, takut, tidak akrap, antipati, acuh tadak acuh, benci, bahkan menantang (agresif), dan malas berjumpa dengan supervisor di sekolahnya.

Model supervisi ini bertentangan dengan prinsip supervisi pendidikan, karena seharusnya kesalahan yang diperbuat oleh seseorang di sekolah dapat dikomunikasikan dengan baik sehingga seorang guru dapat menyadarinya dan memperbaiki kesalahannya.

 

2.    Model ilmiah

Supervisi ilmiah yaitu model supervisi yang dilakukan dengan cara menjaring informasi atau data  dan menilai kinerja objek dengan cara menyebarkan angket.

Model supervisi ini bersifat ilmiah dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.    Dilaksanakan secara berencana dan kontinyu

b.    Sistematis dan menggunakan prosedur srta teknik tertentu

c.    Menggunakan instrument pengumpulan data

d.   Ada data objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

 

Model supervisi ini menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list, kemudian para siswa atau mahasiswa menialai proses kegiatan belajar mengajar guru di kelas. Hasil penilaian diberikan kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada semester berikutnya.

      

3.    Model klinis

Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendiikan yang bertujuan membantu pengembangan professional guru dalam pengenalan mengajar melalui observsi dan analisis data secara objektif dan teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku mengajar guru.

       Supervisi klinis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.       Bantuan yang diberikan tidak bersifat instruktif (memerintah), tetapi tercipta hubungan manusia sehingga guru memiliki rasa aman

b.      Proses supervisi timbul dari harapan dan dorongan dari guru itu sendiri karena dia merasa butuh bantuan itu.

c.       Satuan tingkah laku mengjar guru merupakan satuan yang terintegarsi. Satuan itu harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan dan keterampilan yang harus diperbaiki.

d.      Suasana dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan

e.        Supervsi yang diberikan bukan sekedar pada keterampilan mengajar, tetapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap mengajar

f.       Instrument yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru

g.      Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.

h.      Dalam percakapan balikan seharusnya dating dari pihak guru terlebih dulu, bukan dari supervis`or.

 

Langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis dilakukan melalui tiga tahap yaitu pertemuan awal, observasi, dan pertemuan akhir.

Dalam pertemuan awal, seorang guru berkonsultasi tentang hambatan atau kendala ketika mengajar misalnya berkaitan dengan siswa yang suka megganggu ketertiban di kelas, dimana guru tersebut sudah berusaha memperbaikinya, namun tidak menunjukkan adanya perubahan. Guru tersebut mengharapkan supervisor melihat langsung situasi pada saat guru tersebut mengajar. Supervisor setuju untuk melihat langsung guru saat mengajar.

            Pada tahap observasi, supervisor menggunakan alat observasi check list sebagai berikut:

Waktu

Perhatian pada tugas

Tidak ada perhatian pasif

Tidak ada perhatian aktif

8.10

 

 

 

8.15

 

 

 

8.20

 

 

 

8.25

 

 

 

8.30

 

 

 

8.45

 

 

 

 

Cara mengisi kolom di atas dilakukan setelah supervisor melakukan pengamatan terhadapa siswa pada pelajaran berlangsung. Pada 5 menit awal ia memberi tanda (x) pada kolom perhatian pada tugas. Pada 10 menit berikutnya ia mencatat siswa yang tidak memerhatikan pelajaran misalnya melamun, tidur-tiduran, dan sebagainya. Ia memberi tanda (x) pada kolom tidak ada perhatian pasif. Pada menit ke 20 ia melihat ada siswa yang keluar dari tempat duduk ia mencatat pada kolom tidak ada perhatian (aktif).

Dari contoh hasil pengamatan di atas di dapat hasil analisis data dan interpretasi data berikut:

 

Waktu

Perhatian pada tugas

Tidak ada perhatian pasif

Tidak ada perhatian aktif

8.10

xxx

X

 

8.15

xx

xxx

Xx

8.20

 

Xx

 

8.25

 

 

Xxx

8.30

 

Xxx

 

8.45

X

xxxx

xxxx

 

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada sepuluh menit pertama siswa itu berpartisipasi dan menaruh paerhatian akti sebanyak 6 kali dari 30 kesempatan yang disediakan atau  6  x 100 %  = 20 % daru seluruh waktu. Ternyata pada menit ke 

           30

15 ketiga siswa telah menunjukkan tidak ada perhatian secara pasif  yang kemudian menjadi tidak ada perhatian secara aktif. Data ini

Langkah terakhr dari model ini yaitu pertemuan akhir. Dalam tahap ini terjadi percakapan antara supervisor dan guru. Dalam percakapan ini terungkap bahwa siswa tidak menaruh perhatian karena guru hanya melarang tapi tidak berusaha untuk memecahkan masalah. Oleh karenanya, dilakukan diskusi untuk memperbaiki perilaku guru waktu mengajar.

 

4.    Model artistik

Supervisi artistik adalah   bentuk supervisi yang dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan seperti sikap untuk mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakan, menerima orang lain apa adanya, sehingga orang lain merasa dihargai dan memiliki dorongan positif untuk maju.

Model supervisi ini nampak dalam relasi supervisor dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian rupa sehingga guru merasa diterima. Supervisor yang mengembangkan model ini menekankan sensitivitas, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas.

            Sergiovanni TH. J. (dalam Piert A. Sahertian) meguraikan beberapa ciri khas model supervisi artistic antara lain

1.    Supervisi artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak berbicara

2.    Supervisi artistik memerlukan keahlian khusus untuk memahami apa yang dibutuhkan seorang guru sesuai dengan harapannya.

3.    Supervisi artistik mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan

4.    Supervisi artistik menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan dalam konteks waktu tertentu

5.    Supervisi artistik memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa antara supervisor dan yang disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

6.    Supervisi artistik memerlukan kemampuan Bahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap deng an jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.

7.    Supervisi artistik memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengapresiasi yang dipelajarinya.

Supervisi artistik menunjukkan bahwa model supervisi ini adalah supervisi yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensivitas dan pengalaman merupakan instrument utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi[5].

 

Referensi

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010

[1] Peter F. Oliva, Supervision for Today’s School, New York, Longman, 1894.

[1] Candra Wesnedi, Lias Hasibuan, and Kasful Anwar.US, “Supervisi Pendidikan Dalam Lingkup Pendidikan Islam Era Kontemporer,” Al-Riwayah : Jurnal Kependidikan 13, no. 2 (October 17, 2021): 243–62, https://doi.org/10.47945/al-riwayah.v13i2.407.

 



[1] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010

[2] Peter F. Oliva, Supervision for Today’s School, New York, Longman, 1894.

[3] Candra Wesnedi, Lias Hasibuan, and Kasful Anwar.US, “Supervisi Pendidikan Dalam Lingkup Pendidikan Islam Era Kontemporer,” Al-Riwayah : Jurnal Kependidikan 13, no. 2 (October 17, 2021): 243–62, https://doi.org/10.47945/al-riwayah.v13i2.407.

[4] Depar RI, 2004,31

[5] Piert A. Sahertian, 2010

No comments:

Post a Comment