Kuliah 11
Administrasi Pendidikan
Supervisi Pendidikan
A.
Pengertian
Supervisi Pendidikan
Pada awalnya supervisi merupakan kegiatan
inspeksi, mengawasi dalam pngetian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan
dengan tujuan untuk diperbaiki. Selanjutnya berkembang supervisi yang bersifat
ilmiah yaitu supervisi yang
dilaksanakan secara:
1.
Sistematis,
artinya dilaksanakan secara teratur, berencana, dan kontinyu
2.
Objektif
dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata dan bukan
hasil penafsiran pribadi
3.
Menggunakan
alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk
mengadakan penilaian terhadap poses pembelajaran di kelas.
Berikut pendapat
para ahli tentang supervisi
1.
Menurut
Good Carter dalam Piet A. Sahetian supervisi adalah usaha dari petugas sekolah
dalam memimpin guru-guru da petugas-petugas lainnya dalam memerbaiki
pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi ertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan
pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran[1]
2.
Menurut
Boardman supervisi adalah usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing
baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih
efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
3.
Menurut
Mc Nerney supervisi adalah suatu prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
4.
Menurut
Burton dan Bruckner supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan
utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
5.
Menurut
Kimball Wikes supervisI adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi
belajar mengajar yang lebih baik.
Definisi-definisi supervisi di atas masih
bersifat umum. Selanjutnya konsep supervise lebih mengarah kepada sasaran yang
lebih khusus yang memberikan makna supervise dalam batasan yang spesifik, yaitu
pengajaran.
Peter F. Oliva dalam bukunya Supervision
for Today’s Schools menitikberatkan pada supervisi pengajaran. Supervisi
pengajaran ialah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk
memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara langsung
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar
siswa[2].
Menurut Alfonso RJ. et all dalam Piet A.
Sahertian supervisI pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan
oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai
cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa supervisi merupakan usaha memberikan layanan kepada guru-guru
baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
pengajaran.
B.
Ruang
Lingkup Supervisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran
terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu unsur personal, material,
dan operasional. Oleh karena itu, supervisi pendidikan juga mencakup ketiga
unsur tersebut, yang bila dijabarkan tergambar sebagai berikut:
1.
Unsur
personal
Yang dimaksud
dengan unsur personal dalam supervisi pendidikan adalah para personal dalam
sekolah yang dipervisi yang terdiri dari kepala sekolah, pegawai tata usaha,
guru, dan siswa.
a.
Kepala
sekolah
Hal-hal pokok yang
perlu disupervisi terhadap kepala sekolah yaitu:
1)
Masalah
jalannya pendidikan dan pengajaran
2)
Masalah
program pendidikan dan pengajaran
3)
Masalah
kepemimpinan kepala sekolah
4)
Masalah
administrasi sekolah
5)
Masalah
kerja sama sekolah lain dari instansi terkait
6)
Masalah
kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra dan ekstra kurikuler.
b.
Pegawai
tata usaha
Hal-hal pokok yang
perlu disupervisi terhadap kepala tata usaha dan seluruh stafnya adalah:
1)
Masalah
administrasi sekolah
2)
Maslah
data dan statistik sekolah
3)
Masalah
pembukuan
4)
Masalah
surat menyurat kearsipan
5)
Masalah
rumah tangga sekolah
6)
Masalah
layanan terhadap kepala sekolah, guru, dan siswa
7)
Masalah
laporan sekolah, dan lain-lain.
c.
Guru
Hal-hal pokok yang
perlu disupervisi terhadap guru adalah:
1)
Masalah
wawasan dan kemampuan profesional guru
2)
Masalah
kehadiran dan aktifitas guru
3)
Masalah
persiapan mengajar guru, mulai dari penyusunan analisis materi pelajaran,
program tahunan, program semester, program satuan pelajaran sampai dengan
persiapan mengajar harian atau rencana pengajaran.
4)
Masalah
pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler
5)
Masalah
kerja sama guru dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata usaha dan dengan
kepala sekolah.
6)
Masalah
tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga, dan masyarakat
7)
Masalah
kemajuan belajar siswa
8)
Masalah
sarana dan prasarana pendidikan
9)
Masalah
metodologi pendidikan dan pengajaran
10)
Masalah
kesejahteraan guru, dan lain-lain
d.
Siswa
Hal-hal pokok yang
perlu disupervisi terhadap siswa antara lain adalah”
1)
Motivasi
belajar siswa
2)
Tingkat
kesulitan belajar yang dialami siswa
3)
Keterlibatan
siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler
4)
Pengembangan
organisasi siswa intra sekolah (OSIS)
5)
Sikap
guru dan kepala sekolah terhadap siswa
6)
Keterlibatan
orang tua siswa dalam berbagai kegiatan
7)
Kesempatan
memperoleh layanan secara prima dari sekolah
8)
Kelengkapan
sarana dan prasarana sekolah, termasuk laboratorium, perpustakaan, alat-alat
olahraga, dan lain-lain.
1.
Unsur
material
Hal-hal pokok yang
perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik lainnya adalah:
a.
Ketersediaan
ruangan untuk perpustakaan, laboratorium, ruang praktek ibadah, aula, dan
sebagainya.
b.
Pengelolaan
dan perawatan terhadap fasilitas-fasilitas pendidikan
c.
Pemanfaatan
buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang.
d.
Pemanfaatan
dan perawatan peralatan kesenian, dan sebagainya.
e.
Kelengkapan
dan perawatan peralatan penunjang kegiatan administrasi sekolah, seperti mesin
tik, computer, filling cabinet, dan lain-lain
f.
Pemanfaatan
dan perawatan laboratorium dan perpustakaan sekolah.
2.
Unsur
operasional
Hal-hal pokok yang
perlu disupervisi terhadap unsur operasional antara lain adalah:
a.
Masalah
yang berkaitan dengan teknis edukatif yang mencakup
1)
Kurikulum
2)
Proses
belajar mengajar
3)
Evaluasi/penilaian
4)
Kegiatan
ekstra kurikuler
b.
Masalah
yang berkaitan dengan teknis administratif yang mencakup:
1)
Administrasi
personal
2)
Administrasi
material
3)
Administrasi
kurikulum
c.
Masalah
yang berkaitan dengan koordinasi dan kerja sama yang mencakup:
1)
Sekolah
dengan keluarga dan masyarakat
2)
Sekolah
dengan sekolah lainnya
3)
Sekolah
dengan lembaga swadaya masyarakat
4)
Sekolah
dengan instansi pemerintah terkait
d.
Masalah
yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan yang mencakup:
1)
Pengembangan
KKG dan MGMP
2)
Pengembangan
KKS dan MKKS
3)
Hubungan
antara KKG dan MGMP
4)
Pendayagunaan
wadah KKG dan MGMP yang ada
e.
Masalah
yang berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti:
1)
Peringatan
hari besar nasional di sekolah
2)
Peringatan
hari besar keagamaan
3)
Kegiatan
olahraga dan kesenian di sekolah
4)
Kegiatan
pesantren kilat
5)
Kegiatan
kegiatan keagamaan
6)
Kegiatan
sosial kemasyarakatan
C.
Prinsip
Supervisi Pendidikan
Supervisi harus dilaksanakan berdasarkan
data dan fakta yang objektif. Oleh karena itu, supervisi hendaknya dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip di bawah ini.
1.
Prinsip
ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
Kegiatan
supervise dilaksanakan secara sistematis, berencana, dan kontinyu
b.
Kegiatan
supervise dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh berdasarkan
pada data dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
c.
Untuk
memperoleh data, digunakan alat perekam data, seperti angket, observasi,
percakapan pribadi, dan seterusnya.
2.
Prinsip
demokratis
Prinsip
demokratis, berarti pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru
berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan menjunjunga tinggi asas
musyawaah sehingga guru merasa nyaman dan aman untuk mengembangkan tugasnya.
3.
Prinsip
kerjasama
Prinsip kerjasama,
berarti mengembangakan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar
yang lebih baik, dengan memberikan support, mendorong, menstimulasi guru,
sehingga mereka merasa tumbuh bersama
4.
Prinsip
konstruktif dan kreatif
Prinsip
konstruktif dan kreatif, berarti membina inisiatif guru untuk mengembangkan
potensi kreatifitas guru sehingga supervise mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan.
D.
Tujuan
dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan adalah
perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, yang berarti
bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi
juga membina pertumbuhan profesi gurudalam arti luas, termasuk di dalamnya
fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang
baik kepada semua pihak yang terkait[3].
Kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan
pada hal-hal sebagai berikut:
1.
Membangkitkan
dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya
masing-masing
2.
Mengembangkan
dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru dalam pembelajaran yang
lebih baik dan lebih sesuai
3.
Mengembangkan
kerja sama yang baik dan harmonis antara guru dengan siswa, guru dengan guru,
guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf sekolah yang berada dalam
lingkungan yang bersangkutan
4.
Berusaha
meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai sekolah dengan
cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk worksop, seminar,
in service training, up grading, dan sebagainya.
Tujuan
supervisi pendidikan sebagaimana yang disampaikan oleh Peter F. Oliva antara lain:
1.
Membantu
guru dalam mengembangkan proses kegiatan
belajar mengajar
2.
Membantu
guru dalam menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar.
3.
Membantu
guru dalam mengembangkan staf sekolah[4].
Sejalan dengan Peter F. Oliva, Syaiful
Sagala menyatakan bahwa secara umum tujuan supervisi pendidikan membantu guru
melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman belajar mengajar, menggunakan
sumber belajar, menggunakan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid,
menilai kemajuan belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri diri
dengan masyarakat, dan membina sekolah[5].
Disamping tujuan, supervisi pendidikan
diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu supervisi kegiatan yang bersifat teknis
edukatif dan teknis administratif. Supervisi teknis edukatif meliputi
kurikulum, proses belajar mengajar, dan evaluasi penilaian. Sedangkan supervisi
teknis administratif meliputi administrasi professional, administrasi material,
administrasi keuangan, administrasi perpustakaan sekolah, dan lain-lain.
Dengan memahami tujuan dan sasaran
suprvisi di atas diharapkan para supervisor, khusususnya pengawas akan lebih
meningkatkan wawasan dan kemampuan profesional bidangnya. Hal ini dikarenakan
pengawas menjadi salah satu yang diharapkan mampu mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah yang berada di bawah
wewenang dan tanggung jawabnya.
E.
Fungsi
Supervisi Pendidikan
Secara garis besar fungsi supervisi dapat
dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu dalam bidang kepemimpinan, dalam
bidang pengawasan, dan dalam bidang pelaksanaan[6].
Fungsi kepemimpinan melekat pada diri
supervisor karena dia adalah seorang pemimpin. Begitu pula pengawas yang tugas
pokoknya melakukan pengawasan. Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada
supervisor, karena ia adalah para pelaksana di lapangan.
Gambaran tentang rincian fungsi-fungsi
tersebut sebagaimana uraian berikut:
1.
Dalam
fungsi kepemimpinan, seorang supervisor hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Meningkatkan
semangat kerja kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah yang berada di
bawah tanggung jawab dan kewenangannya.
b.
Mendorong
aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personel sekolah.
c.
Mendorong
terciptanya aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personel sekolah.
d.
Menampung,
melayani, dan mengakomodir segala macam keluhan aparat pendidikan di sekolah
dan beruasaha membantu memecahkannya.
e.
Membantu
mengembangkan kerja sama dan kemitraaan kerja denan semua unsur terkait.
f.
Membantu
mengembangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah
g.
Membimbing
dan mengarahkan seluruh personel sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dan pengajaran pada sekolah.
h.
Memiliki
komitmen yang tinggi bahwa kepala sekolah, guru, dan seluruh staf bukan
bawahan, akan tetapi merupakan mitra kerja.
2.
Dalam
melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut:
a.
Mengamati
dengan sungguh-sungguh pelaksanaan tugas kepala sekolah, guru, dan seluruh staf
sekolah apakah tugas yang dilaksanakan itu sudah sesuai dengan rencana atau
tidak.
b.
Mengawasi
pelaksanaan adminsitrasi sekolah secara keseluruhan yang didalamnya terdapat
administrasi personel, administrasi materil, administrasi kurikulum, dan
sebagainya.
c.
Mengendalikan
penggunaan dan pendistribusian serta pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan yang ada di sekolah.
d.
Mengawasi
berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, terutama dalam rangaka
melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
e.
Melaksanakan
fungsi penilaiakan dan pembinaan terhadap berbagai aspek yang menjadi tugas
pokoknya
3.
Dalam
melaksanakan fungsi pelaksana, supervisor hendaknya memperhatikan
kegiatan-kegiatan berikut:
a.
Melaksanakan
tugas-tugas supervisi/pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b.
Mengamankan
berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan
c.
Melaporkan
hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang untuk dianalisis dan
ditindaklanjuti.
Fungsi utama supervisi pendidikan
ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. menguraikan
fungsi supervisi pendidikan sebagai berikut:
1.
Mengkoordinasi
semua usaha sekolah
Semua usaha
sekolah perlu ada koordinasi yang baik. Yang dimaksud usaha sekolah misalnya;
a.
Usaha
tiap guru
Ada sejumlah guru
yang mengajar bidang study yang sama dan tiap guru ingin mengemukakan idenya
dan menguraikan materi pelajaran menurut pandangannya ke arah peningkatan.
Usaha yang bersifat individu itu perlu dikoordinasi. Itulah fungsi supervisi.
b.
Usaha-usaha
sekolah
Dalam menentukan
kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah termasuk
program-program sepanjang tahun ajaran perlu ada koordiniasi yang baik.
c.
Usaha-usaha
bagi pertumbuhan jabatan
Tiap guru ingin
bertumbuh dalam jabatannya. Melalui membaca buku-buku dan gagasan-gagasan baru,
guru-guru ingin belajar terus menerus. Melalui inservice training, extension
course, worksop, seminar guru-guru selalu berusaha meningkatkan diri. Untuk
itu perlu ad a koordinasi. Tugas mengkoordinasi ini adala tugas supervisi.
2.
Memperlengkapi
kepemimpinan sekolah
Kepemimpinan adalah
keterampilan yang harus dipelajari. Keterampilan itu bisa diperoleh melalui
latihan terus menerus. Untuk itu, guru-guru hendaknya dilatih dan
memperlengkapi mereka dengan keterampilan dalam kepemimpinan sekolah.
3.
Memperluas
pengalama n guru
Seorang yang akan
jadi pemimpin, bila ia mau belajar dari pengalaman nyata di lapangan, melalui
pengalaman baru ia dapat memperkaya dirinya dengan pengalaman baru.
4.
Menstimulasi
usaha-usaha sekolah yang kreatif
Salah satu tugas
supervise adalah menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha
meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam dirinya. Supervise dapat
menstimulasi guru-guru agar mereka tidak hanya berdasarkan instruksi atasan,
tetapi mereka pelaku aktif dalam proses belajar mengajar.
5.
Memberikan
fasilitas dan penilaian terus-menerus
Untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia diperlukan penilaian terus menerus. Melaui
penilaian itu dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari hasil dan proses
belajar mengajar. Penilaian itu bersifat menyeluruh dan kontinyu. Menyeluruh
berarti penilaian itu menyangkut sema aspek kegiatan di sekolah. Kontiny
berarti penilaian berlangsung setiap saat.
6.
Menganalisis
situasi belajar mengajar
Salah satu tujuan
supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar mengajar. Untuk memperbaiki situasi
belajar mengajar, maka perlu analisis hasil dan proses pembelajaran. Data mengenai aktifitas guru dan peserta
didik akan memberikan pengalaman dan umpan balik terhadap perbaikan pembelajaran
yang pada gilirannya akan memperbaiki tugas-tugas pembelajaran dan
tujuan-tujuan pendidikan.
7.
Memperlengkapi
setiap anggota staf dengan pengetahuan yang baru dan keterampilan-keterampilan
yang baru
Supervisi
memberikan dorongan stimulasi dan membantu guru agar mengembangkan pengetahuan
dalam keterampilan mengajar. Kemapuan-kemampuan itu hanya bisa dicapai bila ada
latihan, mengulang dan dengan sengaja dipelajari. Setiap orang selalu punya
keinginan sesuatu yang baru. Motivasi untuk memperbaharui itu merupakan fungsi
supervisi pendidikan.
8.
Memadukan
dan meyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk kemampuan-kemampuan.
Untuk mencapai
suatu tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan pada tujuan-tujuan sebelumnya.
Ada hirarki kebutuhan yang harus selaras. Setiap guru pada suatu saat sudah
harus mampu mengukur kemampuannya. Mengembangkan kemampuan guru adalah salah
satu fungsi supervise pendidikan[7].
F.
Model-Model
Supervisi Pendidikan
Menurut Piet A.
Sahertian, model-model supervisi yaitu:
1.
Model
supervsi konvensional
2.
Model
supevisi ilmiah
3.
Model
supervsi klinis
4.
Model
supervisi artistik
1.
Model
konvensional
Supervisi
konvensional merupakan refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat yang
terpengaruh dari kekuasaan yang otoriter dan feodal sehingga membentuk pemimpin
yang otokrat dan korektif. Dalam prakteknya seorang yang menerapkan model ini
cenderung menampakkan perlaku dalam bentuk inspeksi untuk mencari kesalahan
bahkan sering kali mematai-matai .
Model
supervisi ini jika diterapkan di sekolah dapat menimbulkan implikasi
negatif terhadap perilaku guru. Guru
merasa tidak puas, takut, tidak akrap, antipati, acuh tadak acuh, benci, bahkan
menantang (agresif), dan malas berjumpa dengan supervisor di sekolahnya.
Model
supervisi ini bertentangan dengan prinsip supervisi pendidikan, karena
seharusnya kesalahan yang diperbuat oleh seseorang di sekolah dapat
dikomunikasikan dengan baik sehingga seorang guru dapat menyadarinya dan
memperbaiki kesalahannya.
2.
Model
ilmiah
Supervisi
ilmiah yaitu model supervisi yang dilakukan dengan cara menjaring informasi
atau data dan menilai kinerja objek
dengan cara menyebarkan angket.
Model
supervisi ini bersifat ilmiah dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Dilaksanakan
secara berencana dan kontinyu
b.
Sistematis
dan menggunakan prosedur srta teknik tertentu
c.
Menggunakan
instrument pengumpulan data
d.
Ada
data objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Model
supervisi ini menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list,
kemudian para siswa atau mahasiswa menialai proses kegiatan belajar mengajar
guru di kelas. Hasil penilaian diberikan kepada guru sebagai balikan terhadap
penampilan mengajar guru pada semester berikutnya.
3.
Model
klinis
Supervisi
klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendiikan yang bertujuan membantu
pengembangan professional guru dalam pengenalan mengajar melalui observsi dan
analisis data secara objektif dan teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku
mengajar guru.
Supervisi
klinis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Bantuan
yang diberikan tidak bersifat instruktif (memerintah), tetapi tercipta hubungan
manusia sehingga guru memiliki rasa aman
b.
Proses
supervisi timbul dari harapan dan dorongan dari guru itu sendiri karena dia
merasa butuh bantuan itu.
c.
Satuan
tingkah laku mengjar guru merupakan satuan yang terintegarsi. Satuan itu harus
dianalisis sehingga terlihat kemampuan dan keterampilan yang harus diperbaiki.
d.
Suasana
dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan
e.
Supervsi yang diberikan bukan sekedar pada
keterampilan mengajar, tetapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru,
misalnya motivasi terhadap mengajar
f.
Instrument
yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor
dan guru
g.
Balikan
yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
h.
Dalam
percakapan balikan seharusnya dating dari pihak guru terlebih dulu, bukan dari
supervisor.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan
supervisi klinis dilakukan melalui tiga tahap yaitu pertemuan awal, observasi,
dan pertemuan akhir.
Dalam pertemuan awal, seorang guru
berkonsultasi tentang hambatan atau kendala ketika mengajar misalnya berkaitan
dengan siswa yang suka megganggu ketertiban di kelas, dimana guru tersebut
sudah berusaha memperbaikinya, namun tidak menunjukkan adanya perubahan. Guru
tersebut mengharapkan supervisor melihat langsung situasi pada saat guru
tersebut mengajar. Supervisor setuju untuk melihat langsung guru saat mengajar.
Pada tahap observasi, supervisor
menggunakan alat observasi check list sebagai berikut:
Waktu
|
Perhatian pada tugas
|
Tidak ada perhatian pasif
|
Tidak ada perhatian aktif
|
8.10
|
|
|
|
8.15
|
|
|
|
8.20
|
|
|
|
8.25
|
|
|
|
8.30
|
|
|
|
8.45
|
|
|
|
Cara mengisi kolom di atas dilakukan
setelah supervisor melakukan pengamatan terhadapa siswa pada pelajaran
berlangsung. Pada 5 menit awal ia memberi tanda (x) pada kolom perhatian pada
tugas. Pada 10 menit berikutnya ia mencatat siswa yang tidak memerhatikan
pelajaran misalnya melamun, tidur-tiduran, dan sebagainya. Ia memberi tanda (x)
pada kolom tidak ada perhatian pasif. Pada menit ke 20 ia melihat ada
siswa yang keluar dari tempat duduk ia mencatat pada kolom tidak ada
perhatian (aktif).
Dari contoh hasil pengamatan di atas di
dapat hasil analisis data dan interpretasi data berikut:
Waktu
|
Perhatian pada tugas
|
Tidak ada perhatian pasif
|
Tidak ada perhatian aktif
|
8.10
|
xxx
|
X
|
|
8.15
|
xx
|
xxx
|
Xx
|
8.20
|
|
Xx
|
|
8.25
|
|
|
Xxx
|
8.30
|
|
Xxx
|
|
8.45
|
X
|
xxxx
|
xxxx
|
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan
bahwa pada sepuluh menit pertama siswa itu berpartisipasi dan menaruh
paerhatian akti sebanyak 6 kali dari 30 kesempatan yang disediakan atau 6
x 100 % = 20 % daru seluruh
waktu. Ternyata pada menit ke
30
15
ketiga siswa telah menunjukkan tidak ada perhatian secara pasif yang kemudian menjadi tidak ada perhatian
secara aktif. Data ini
Langkah terakhr dari model ini yaitu
pertemuan akhir. Dalam tahap ini terjadi percakapan antara supervisor dan guru.
Dalam percakapan ini terungkap bahwa siswa tidak menaruh perhatian karena guru
hanya melarang tapi tidak berusaha untuk memecahkan masalah. Oleh karenanya,
dilakukan diskusi untuk memperbaiki perilaku guru waktu mengajar.
4.
Model
artistik
Supervisi artistik adalah bentuk supervisi yang dilaksanakan dengan
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan seperti sikap untuk mendengarkan perasaan
orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakan, menerima
orang lain apa adanya, sehingga orang lain merasa dihargai dan memiliki
dorongan positif untuk maju.
Model supervisi ini nampak dalam relasi
supervisor dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian rupa sehingga guru merasa
diterima. Supervisor yang mengembangkan model ini menekankan sensitivitas, dan pengetahuan
supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, kemudian
menggunakan bahasa yang ekspresif untuk mempengaruhi guru agar melakukan
perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas.
Sergiovanni TH. J. (dalam Piert A. Sahertian)
meguraikan beberapa ciri khas model supervisi artistic antara lain
1.
Supervisi
artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak
berbicara
2.
Supervisi
artistik memerlukan keahlian khusus untuk memahami apa yang dibutuhkan seorang
guru sesuai dengan harapannya.
3.
Supervisi
artistik mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka
mengembangkan pendidikan
4.
Supervisi
artistik menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses
kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga
diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan dalam konteks waktu tertentu
5.
Supervisi
artistik memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa antara supervisor dan yang
disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua
belah pihak.
6.
Supervisi
artistik memerlukan kemampuan Bahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki
terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap deng an jelas
ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
7.
Supervisi
artistik memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang
diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka
mengapresiasi yang dipelajarinya.
8.
Supervisi
artistik menunjukkan bahwa model supervisi ini adalah supervisi yang bersifat
individual, dengan kekhasannya, sensivitas dan pengalaman merupakan instrument
utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi
orang yang disupervisi[8].
G.
Pendekatan
supervisi Pendidikan
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan
supervisi pendidikan modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Pendekatan supervisi pendidikan
bergantung kepada protipe guru. Beberapa pendekatan supervisi pendidikan yaitu:
1.
Pendekatan
langsung (direktif)
Pendekatan
direktif adalah pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor
memberikan arahan langsung. Dalam pendekatan ini, perilaku supervisor lebih
dominan. Pendekatan direktif berdasarkan pemahaman terhadap behavioistik yaitu
segala perbuatan berasal dari reflex, yaitu respon terhadap rangsangan
stimulus.
Guru
yang disupervisi diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat
menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan
direktif dapat dilakukan dengan perilaku supervisor beriktu ini.
a.
Menjelaskan
b.
Menyajikan
c.
Memberi
contoh
d.
Menetapkan
tolak ukur
e.
Menguatkan
2.
Pendekatan
tidak langsung (Non-direktif)
Pendekatan
non direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang sifatnya tidak
langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahannya, tetapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif masalah yang
dikemukakan guru-guru.
Pendekatan
ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologis humanistic sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karenanya, supervisor lebih banyak
mendengarkan pemasalahan yang di hadapi guru-guru. Supervisor mencoba memahami
apa yang dialami guru-guru.
Perilaku
supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a.
Mendengarkan
b.
Memberi
penguatan
c.
Menjelaskan
d.
Menyajikan
e.
Memecahkan
masalah
3.
Pendekatan
kolaboratif
Pendekatan
kolaboratif adalah pendekatan yang memadukan pendekatan direktif dan non
direktif menjadi pendekatan baru. Dalam pendekatan ini, baik supervisor maupun
guru-guru bersama-sama, bersepakat menetapkan struktur, proses dan kriteria
dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru.
Pendekatan
ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa
belajar adalah hasil paduan antar kegiatan individu dengan lingkungan yang pada
gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan
demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan dua arah. Dari atas ke bawah
dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai
berikut:
a.
Menyajikan
b.
Menjelaskan
c.
Mendengarkan
d.
Memecahkan
masalah
e.
Negosiasi
H.
Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi terdiri dari teknik
individual dan teknik kelompok. Teknik individual yaitu teknik yang
dilaksanakan untuk seorang guru secara individu. Teknik kelompok yaitu teknik
yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang[9].
Teknik
supervisi individual terdiri dari kegiatan:
1.
Kunjungan
kelas
Kunjungan
kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor ke
kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas. Kunjungna ini bertujuan untuk
memperoleh data mengenai keadan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan
kunjungan itu, supervisor dapat berbincang-bincang tentang kesulitan yang
dihadapi guru. Kunjungan ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong agar guru
meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa.
2.
Observasi
kelas
Observasi
kelas adalah meneliti suasana kelas selama pelajaran berlangsung, agar
memperoleh data yang objektif yang dapat digunakan untuk menganalisis
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas mengajar. Data
yang dianalisis dari hasi observasi akan dapat membantu guru untuk mengubah
cara-cara mengajar kea rah yang lebih baik.
3.
Percakapan
pribadi
Percakapan
pribadi adalah percakapan langsung antara supervisor dengan guru untuk
memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar. Dengan
percakapan pribadi diharapkan guru dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan
yang dialaminya dalam menjalankan tugasnya di sekolah.
4.
Saling
mengunjungi kelas
Saling
mengunjungi kelas adalah saling mengunjungi antara guru yang satu dengan guru
yang lain yang sedang mengajar. Kunjungan guru ini dapat membantu guru yang
ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan mengajar. Dengan saling
mengunjungi kelas memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk saling berbagi
dalam memecahkan masalah kesulitan dalam mengajar.
5.
Menilai
diri-sendiri.
Menilai
diri sendiri adalah mengukur dan menilai terhadap diri guru untuk melihat
kemampuan mengjarnya. Dengan menilai diri sendiri, guru yang bersangkutan dapat
melihat kemapuan diri sendiri dalam mengajar.
Untuk
menilai diri sendiri dapat dilakukan dengan cara:
a.
Minta
pandangan/pendapat dari siswa untuk menilai pekerjaannya. Biasanya disusun
dalam bentuk bertanya baik secara terbuka maupun secara tertutup
b.
Mennganalisis
tes-tes terhadap unit kerja
c.
Mencatat
aktifitas siswa dalam suatu catatan baik mereka yang bekerja secara
perseorangan maupun secara kelompok.
Teknik supervisi
kelompok meliputi kegiatan:
1.
Pertemuan
orientasi bagi guru baru
2.
Rapat
guru
3.
Studi
kelompok anta guru
4.
Tukar
menukar pengalaman
5.
Lokakarya
6.
Diskusi
panel
7.
Seminar
8.
Simposium
9.
Demonstrasi
teaching
10.
Mengikuti
kursus
11.
Organisasi
jabatan
12.
Perjalanan
sekolah untuk staf sekolah.
[1] Piet A. Sahertian,
Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010, 17
[4] Peter F. Oliva, Supervision
for Today’s School, New York, Longman, 1894.
[5] Syaiful Sagala, Administrasi
Pendidikan Kontemporer, Bandung, CV Alfabeda, 2008, 236
No comments:
Post a Comment