Thursday, October 31, 2019

Kuliah 11 Administrasi Pendidikan (Supervisi Pendidikan)


Kuliah 11
Administrasi Pendidikan

Supervisi Pendidikan
A.  Pengertian Supervisi Pendidikan
Pada awalnya supervisi merupakan kegiatan inspeksi, mengawasi dalam pngetian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Selanjutnya berkembang supervisi yang bersifat ilmiah yaitu supervisi   yang dilaksanakan secara:
1.    Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana, dan kontinyu
2.    Objektif dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata dan bukan hasil penafsiran pribadi
3.    Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap poses pembelajaran di kelas.

Berikut pendapat para ahli tentang supervisi
1.    Menurut Good Carter dalam Piet A. Sahetian supervisi adalah usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru-guru da petugas-petugas lainnya dalam memerbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi ertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran[1]
2.    Menurut Boardman supervisi adalah usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
3.    Menurut Mc Nerney supervisi adalah suatu prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
4.    Menurut Burton dan Bruckner supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
5.    Menurut Kimball Wikes supervisI adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Definisi-definisi supervisi di atas masih bersifat umum. Selanjutnya konsep supervise lebih mengarah kepada sasaran yang lebih khusus yang memberikan makna supervise dalam batasan yang spesifik, yaitu pengajaran.
Peter F. Oliva dalam bukunya Supervision for Today’s Schools menitikberatkan pada supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran ialah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa[2].
Menurut Alfonso RJ. et all dalam Piet A. Sahertian supervisI pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan usaha memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.

B.  Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu unsur personal, material, dan operasional. Oleh karena itu, supervisi pendidikan juga mencakup ketiga unsur tersebut, yang bila dijabarkan tergambar sebagai berikut:
1.    Unsur personal
Yang dimaksud dengan unsur personal dalam supervisi pendidikan adalah para personal dalam sekolah yang dipervisi yang terdiri dari kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru, dan siswa.
a.    Kepala sekolah
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala sekolah yaitu:
1)   Masalah jalannya pendidikan dan pengajaran
2)   Masalah program pendidikan dan pengajaran
3)   Masalah kepemimpinan kepala sekolah
4)   Masalah administrasi sekolah
5)   Masalah kerja sama sekolah lain dari instansi terkait
6)   Masalah kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra dan ekstra kurikuler.
b.    Pegawai tata usaha
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala tata usaha dan seluruh stafnya adalah:
1)   Masalah administrasi sekolah
2)   Maslah data dan statistik sekolah
3)   Masalah pembukuan
4)   Masalah surat menyurat kearsipan
5)   Masalah rumah tangga sekolah
6)   Masalah layanan terhadap kepala sekolah, guru, dan siswa
7)   Masalah laporan sekolah, dan lain-lain.
c.    Guru
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru adalah:
1)   Masalah wawasan dan kemampuan profesional guru
2)   Masalah kehadiran dan aktifitas guru
3)   Masalah persiapan mengajar guru, mulai dari penyusunan analisis materi pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan pelajaran sampai dengan persiapan mengajar harian atau rencana pengajaran.
4)   Masalah pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler
5)   Masalah kerja sama guru dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata usaha dan dengan kepala sekolah.
6)   Masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga, dan masyarakat
7)   Masalah kemajuan belajar siswa
8)   Masalah sarana dan prasarana pendidikan
9)   Masalah metodologi pendidikan dan pengajaran
10)    Masalah kesejahteraan guru, dan lain-lain
d.    Siswa
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa antara lain adalah”
1)   Motivasi belajar siswa
2)   Tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa
3)   Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler
4)   Pengembangan organisasi siswa intra sekolah (OSIS)
5)   Sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa
6)   Keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan
7)   Kesempatan memperoleh layanan secara prima dari sekolah
8)   Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, termasuk laboratorium, perpustakaan, alat-alat olahraga, dan lain-lain.

1.    Unsur material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik lainnya adalah:
a.    Ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, laboratorium, ruang praktek ibadah, aula, dan sebagainya.
b.    Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas-fasilitas pendidikan
c.    Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang.
d.    Pemanfaatan dan perawatan peralatan kesenian, dan sebagainya.
e.    Kelengkapan dan perawatan peralatan penunjang kegiatan administrasi sekolah, seperti mesin tik, computer, filling cabinet, dan lain-lain
f.     Pemanfaatan dan perawatan laboratorium dan perpustakaan sekolah.
2.    Unsur operasional
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap unsur operasional antara lain adalah:
a.    Masalah yang berkaitan dengan teknis edukatif yang mencakup
1)   Kurikulum
2)   Proses belajar mengajar
3)   Evaluasi/penilaian
4)   Kegiatan ekstra kurikuler
b.    Masalah yang berkaitan dengan teknis administratif yang mencakup:
1)   Administrasi personal
2)   Administrasi material
3)   Administrasi kurikulum
c.    Masalah yang berkaitan dengan koordinasi dan kerja sama yang mencakup:
1)   Sekolah dengan keluarga dan masyarakat
2)   Sekolah dengan sekolah lainnya
3)   Sekolah dengan lembaga swadaya masyarakat
4)   Sekolah dengan instansi pemerintah terkait
d.    Masalah yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan yang mencakup:
1)   Pengembangan KKG dan MGMP
2)   Pengembangan KKS dan MKKS
3)   Hubungan antara KKG dan MGMP
4)   Pendayagunaan wadah KKG dan MGMP yang ada
e.    Masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti:
1)   Peringatan hari besar nasional di sekolah
2)   Peringatan hari besar keagamaan
3)   Kegiatan olahraga dan kesenian di sekolah
4)   Kegiatan pesantren kilat
5)   Kegiatan kegiatan keagamaan
6)   Kegiatan sosial kemasyarakatan

C.  Prinsip Supervisi Pendidikan
Supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data dan fakta yang objektif. Oleh karena itu, supervisi hendaknya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip di bawah ini.
1.    Prinsip ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis, berencana, dan kontinyu
b.    Kegiatan supervise dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh berdasarkan pada data dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
c.    Untuk memperoleh data, digunakan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
2.    Prinsip demokratis
Prinsip demokratis, berarti pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan menjunjunga tinggi asas musyawaah sehingga guru merasa nyaman dan aman untuk mengembangkan tugasnya.
3.    Prinsip kerjasama
Prinsip kerjasama, berarti mengembangakan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik, dengan memberikan support, mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama
4.    Prinsip konstruktif dan kreatif
Prinsip konstruktif dan kreatif, berarti membina inisiatif guru untuk mengembangkan potensi kreatifitas guru sehingga supervise mampu menciptakan suasana yang menyenangkan.

D.  Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, yang berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi gurudalam arti luas, termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak yang terkait[3].
Kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan pada hal-hal sebagai berikut:
1.    Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing
2.    Mengembangkan dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru dalam pembelajaran yang lebih baik dan lebih sesuai
3.    Mengembangkan kerja sama yang baik dan harmonis antara guru dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan yang bersangkutan
4.    Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk worksop, seminar, in service training, up grading, dan sebagainya.

            Tujuan supervisi pendidikan sebagaimana yang disampaikan oleh Peter F. Oliva  antara lain:
1.    Membantu guru dalam mengembangkan  proses kegiatan belajar mengajar
2.    Membantu guru dalam menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar.
3.    Membantu guru dalam mengembangkan staf sekolah[4].

Sejalan dengan Peter F. Oliva, Syaiful Sagala menyatakan bahwa secara umum tujuan supervisi pendidikan membantu guru melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman belajar mengajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid, menilai kemajuan belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri diri dengan masyarakat, dan membina sekolah[5].
Disamping tujuan, supervisi pendidikan diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu supervisi kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan teknis administratif. Supervisi teknis edukatif meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan evaluasi penilaian. Sedangkan supervisi teknis administratif meliputi administrasi professional, administrasi material, administrasi keuangan, administrasi perpustakaan sekolah, dan lain-lain.
Dengan memahami tujuan dan sasaran suprvisi di atas diharapkan para supervisor, khusususnya pengawas akan lebih meningkatkan wawasan dan kemampuan profesional bidangnya. Hal ini dikarenakan pengawas menjadi salah satu yang diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah yang berada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.

E.   Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara garis besar fungsi supervisi dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu dalam bidang kepemimpinan, dalam bidang pengawasan, dan dalam bidang pelaksanaan[6].
Fungsi kepemimpinan melekat pada diri supervisor karena dia adalah seorang pemimpin. Begitu pula pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan. Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena ia adalah para pelaksana di lapangan.
Gambaran tentang rincian fungsi-fungsi tersebut sebagaimana uraian berikut:
1.    Dalam fungsi kepemimpinan, seorang supervisor hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a.    Meningkatkan semangat kerja kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah yang berada di bawah tanggung jawab dan kewenangannya.
b.    Mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personel sekolah.
c.    Mendorong terciptanya aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personel sekolah.
d.    Menampung, melayani, dan mengakomodir segala macam keluhan aparat pendidikan di sekolah dan beruasaha membantu memecahkannya.
e.    Membantu mengembangkan kerja sama dan kemitraaan kerja denan semua unsur terkait.
f.     Membantu mengembangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah
g.    Membimbing dan mengarahkan seluruh personel sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada sekolah.
h.    Memiliki komitmen yang tinggi bahwa kepala sekolah, guru, dan seluruh staf bukan bawahan, akan tetapi merupakan mitra kerja.

2.    Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a.         Mengamati dengan sungguh-sungguh pelaksanaan tugas kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah apakah tugas yang dilaksanakan itu sudah sesuai dengan rencana atau tidak.
b.        Mengawasi pelaksanaan adminsitrasi sekolah secara keseluruhan yang didalamnya terdapat administrasi personel, administrasi materil, administrasi kurikulum, dan sebagainya.
c.         Mengendalikan penggunaan dan pendistribusian serta pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah.
d.        Mengawasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, terutama dalam rangaka melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
e.         Melaksanakan fungsi penilaiakan dan pembinaan terhadap berbagai aspek yang menjadi tugas pokoknya

3.    Dalam melaksanakan fungsi pelaksana, supervisor hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut:
a.       Melaksanakan tugas-tugas supervisi/pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b.      Mengamankan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan
c.       Melaporkan hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.

Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. menguraikan fungsi supervisi pendidikan sebagai berikut:
1.    Mengkoordinasi semua usaha sekolah
Semua usaha sekolah perlu ada koordinasi yang baik. Yang dimaksud usaha sekolah misalnya;
a.    Usaha tiap guru
Ada sejumlah guru yang mengajar bidang study yang sama dan tiap guru ingin mengemukakan idenya dan menguraikan materi pelajaran menurut pandangannya ke arah peningkatan. Usaha yang bersifat individu itu perlu dikoordinasi. Itulah fungsi supervisi.
b.    Usaha-usaha sekolah
Dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah termasuk program-program sepanjang tahun ajaran perlu ada koordiniasi yang baik.
c.    Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan
Tiap guru ingin bertumbuh dalam jabatannya. Melalui membaca buku-buku dan gagasan-gagasan baru, guru-guru ingin belajar terus menerus. Melalui inservice training, extension course, worksop, seminar guru-guru selalu berusaha meningkatkan diri. Untuk itu perlu ad a koordinasi. Tugas mengkoordinasi ini adala tugas supervisi.
2.    Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Kepemimpinan adalah keterampilan yang harus dipelajari. Keterampilan itu bisa diperoleh melalui latihan terus menerus. Untuk itu, guru-guru hendaknya dilatih dan memperlengkapi mereka dengan keterampilan dalam kepemimpinan sekolah.
3.    Memperluas pengalama n guru
Seorang yang akan jadi pemimpin, bila ia mau belajar dari pengalaman nyata di lapangan, melalui pengalaman baru ia dapat memperkaya dirinya dengan pengalaman baru.
4.    Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
Salah satu tugas supervise adalah menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam dirinya. Supervise dapat menstimulasi guru-guru agar mereka tidak hanya berdasarkan instruksi atasan, tetapi mereka pelaku aktif dalam proses belajar mengajar.
5.    Memberikan fasilitas dan penilaian terus-menerus
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan penilaian terus menerus. Melaui penilaian itu dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari hasil dan proses belajar mengajar. Penilaian itu bersifat menyeluruh dan kontinyu. Menyeluruh berarti penilaian itu menyangkut sema aspek kegiatan di sekolah. Kontiny berarti penilaian berlangsung setiap saat. 
6.    Menganalisis situasi belajar mengajar
Salah satu tujuan supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar mengajar. Untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, maka perlu analisis hasil dan proses pembelajaran.  Data mengenai aktifitas guru dan peserta didik akan memberikan pengalaman dan umpan balik terhadap perbaikan pembelajaran yang pada gilirannya akan memperbaiki tugas-tugas pembelajaran dan tujuan-tujuan pendidikan.
7.    Memperlengkapi setiap anggota staf dengan pengetahuan yang baru dan keterampilan-keterampilan yang baru
Supervisi memberikan dorongan stimulasi dan membantu guru agar mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan mengajar. Kemapuan-kemampuan itu hanya bisa dicapai bila ada latihan, mengulang dan dengan sengaja dipelajari. Setiap orang selalu punya keinginan sesuatu yang baru. Motivasi untuk memperbaharui itu merupakan fungsi supervisi pendidikan.
8.    Memadukan dan meyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk kemampuan-kemampuan.
Untuk mencapai suatu tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan pada tujuan-tujuan sebelumnya. Ada hirarki kebutuhan yang harus selaras. Setiap guru pada suatu saat sudah harus mampu mengukur kemampuannya. Mengembangkan kemampuan guru adalah salah satu fungsi supervise pendidikan[7].
 
F.   Model-Model Supervisi Pendidikan
Menurut Piet A. Sahertian, model-model supervisi yaitu:
1.    Model supervsi konvensional
2.    Model supevisi ilmiah
3.    Model supervsi klinis
4.    Model supervisi artistik

1.    Model konvensional
Supervisi konvensional merupakan refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat yang terpengaruh dari kekuasaan yang otoriter dan feodal sehingga membentuk pemimpin yang otokrat dan korektif. Dalam prakteknya seorang yang menerapkan model ini cenderung menampakkan perlaku dalam bentuk inspeksi untuk mencari kesalahan bahkan sering kali mematai-matai .
Model supervisi ini jika diterapkan di sekolah dapat menimbulkan implikasi negatif  terhadap perilaku guru. Guru merasa tidak puas, takut, tidak akrap, antipati, acuh tadak acuh, benci, bahkan menantang (agresif), dan malas berjumpa dengan supervisor di sekolahnya.
Model supervisi ini bertentangan dengan prinsip supervisi pendidikan, karena seharusnya kesalahan yang diperbuat oleh seseorang di sekolah dapat dikomunikasikan dengan baik sehingga seorang guru dapat menyadarinya dan memperbaiki kesalahannya.

2.    Model ilmiah
Supervisi ilmiah yaitu model supervisi yang dilakukan dengan cara menjaring informasi atau data  dan menilai kinerja objek dengan cara menyebarkan angket.
Model supervisi ini bersifat ilmiah dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Dilaksanakan secara berencana dan kontinyu
b.    Sistematis dan menggunakan prosedur srta teknik tertentu
c.    Menggunakan instrument pengumpulan data
d.    Ada data objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

Model supervisi ini menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list, kemudian para siswa atau mahasiswa menialai proses kegiatan belajar mengajar guru di kelas. Hasil penilaian diberikan kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada semester berikutnya.
      
3.    Model klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendiikan yang bertujuan membantu pengembangan professional guru dalam pengenalan mengajar melalui observsi dan analisis data secara objektif dan teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku mengajar guru.
       Supervisi klinis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Bantuan yang diberikan tidak bersifat instruktif (memerintah), tetapi tercipta hubungan manusia sehingga guru memiliki rasa aman
b.      Proses supervisi timbul dari harapan dan dorongan dari guru itu sendiri karena dia merasa butuh bantuan itu.
c.       Satuan tingkah laku mengjar guru merupakan satuan yang terintegarsi. Satuan itu harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan dan keterampilan yang harus diperbaiki.
d.      Suasana dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan
e.        Supervsi yang diberikan bukan sekedar pada keterampilan mengajar, tetapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap mengajar
f.        Instrument yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru
g.      Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
h.      Dalam percakapan balikan seharusnya dating dari pihak guru terlebih dulu, bukan dari supervisor.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis dilakukan melalui tiga tahap yaitu pertemuan awal, observasi, dan pertemuan akhir.
Dalam pertemuan awal, seorang guru berkonsultasi tentang hambatan atau kendala ketika mengajar misalnya berkaitan dengan siswa yang suka megganggu ketertiban di kelas, dimana guru tersebut sudah berusaha memperbaikinya, namun tidak menunjukkan adanya perubahan. Guru tersebut mengharapkan supervisor melihat langsung situasi pada saat guru tersebut mengajar. Supervisor setuju untuk melihat langsung guru saat mengajar.
            Pada tahap observasi, supervisor menggunakan alat observasi check list sebagai berikut:
Waktu
Perhatian pada tugas
Tidak ada perhatian pasif
Tidak ada perhatian aktif
8.10



8.15



8.20



8.25



8.30



8.45




Cara mengisi kolom di atas dilakukan setelah supervisor melakukan pengamatan terhadapa siswa pada pelajaran berlangsung. Pada 5 menit awal ia memberi tanda (x) pada kolom perhatian pada tugas. Pada 10 menit berikutnya ia mencatat siswa yang tidak memerhatikan pelajaran misalnya melamun, tidur-tiduran, dan sebagainya. Ia memberi tanda (x) pada kolom tidak ada perhatian pasif. Pada menit ke 20 ia melihat ada siswa yang keluar dari tempat duduk ia mencatat pada kolom tidak ada perhatian (aktif).
Dari contoh hasil pengamatan di atas di dapat hasil analisis data dan interpretasi data berikut:

Waktu
Perhatian pada tugas
Tidak ada perhatian pasif
Tidak ada perhatian aktif
8.10
xxx
X

8.15
xx
xxx
Xx
8.20

Xx

8.25


Xxx
8.30

Xxx

8.45
X
xxxx
xxxx

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada sepuluh menit pertama siswa itu berpartisipasi dan menaruh paerhatian akti sebanyak 6 kali dari 30 kesempatan yang disediakan atau  6  x 100 %  = 20 % daru seluruh waktu. Ternyata pada menit ke 
           30
15 ketiga siswa telah menunjukkan tidak ada perhatian secara pasif  yang kemudian menjadi tidak ada perhatian secara aktif. Data ini
Langkah terakhr dari model ini yaitu pertemuan akhir. Dalam tahap ini terjadi percakapan antara supervisor dan guru. Dalam percakapan ini terungkap bahwa siswa tidak menaruh perhatian karena guru hanya melarang tapi tidak berusaha untuk memecahkan masalah. Oleh karenanya, dilakukan diskusi untuk memperbaiki perilaku guru waktu mengajar.

4.    Model artistik
Supervisi artistik adalah   bentuk supervisi yang dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan seperti sikap untuk mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakan, menerima orang lain apa adanya, sehingga orang lain merasa dihargai dan memiliki dorongan positif untuk maju.
Model supervisi ini nampak dalam relasi supervisor dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian rupa sehingga guru merasa diterima. Supervisor yang mengembangkan model ini menekankan sensitivitas, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas.
            Sergiovanni TH. J. (dalam Piert A. Sahertian) meguraikan beberapa ciri khas model supervisi artistic antara lain
1.    Supervisi artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak berbicara
2.    Supervisi artistik memerlukan keahlian khusus untuk memahami apa yang dibutuhkan seorang guru sesuai dengan harapannya.
3.    Supervisi artistik mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan
4.    Supervisi artistik menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan dalam konteks waktu tertentu
5.    Supervisi artistik memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa antara supervisor dan yang disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
6.    Supervisi artistik memerlukan kemampuan Bahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap deng an jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
7.    Supervisi artistik memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengapresiasi yang dipelajarinya.
8.    Supervisi artistik menunjukkan bahwa model supervisi ini adalah supervisi yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensivitas dan pengalaman merupakan instrument utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi[8].

G.  Pendekatan supervisi Pendidikan
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi pendidikan modern didasarkan pada prinsip-prinsip  psikologis. Pendekatan supervisi pendidikan bergantung kepada protipe guru. Beberapa pendekatan supervisi pendidikan yaitu:
1.    Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Dalam pendekatan ini, perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif berdasarkan pemahaman terhadap behavioistik yaitu segala perbuatan berasal dari reflex, yaitu respon terhadap rangsangan stimulus.
Guru yang disupervisi diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan direktif dapat dilakukan dengan perilaku supervisor beriktu ini.
a.    Menjelaskan
b.    Menyajikan
c.    Memberi contoh
d.    Menetapkan tolak ukur
e.    Menguatkan

2.    Pendekatan tidak langsung (Non-direktif)
Pendekatan non direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahannya, tetapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif masalah yang dikemukakan guru-guru.
Pendekatan ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologis humanistic sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karenanya, supervisor lebih banyak mendengarkan pemasalahan yang di hadapi guru-guru. Supervisor mencoba memahami apa yang dialami guru-guru.
Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a.    Mendengarkan
b.    Memberi penguatan
c.    Menjelaskan
d.    Menyajikan
e.    Memecahkan masalah

3.    Pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah pendekatan yang memadukan pendekatan direktif dan non direktif menjadi pendekatan baru. Dalam pendekatan ini, baik supervisor maupun guru-guru bersama-sama, bersepakat menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru.
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antar kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a.    Menyajikan
b.    Menjelaskan
c.    Mendengarkan
d.    Memecahkan masalah
e.    Negosiasi

H.  Teknik-Teknik  Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi terdiri dari teknik individual dan teknik kelompok. Teknik individual yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individu. Teknik kelompok yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang[9].
Teknik supervisi individual terdiri dari kegiatan:
1.    Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas. Kunjungna ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai keadan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan kunjungan itu, supervisor dapat berbincang-bincang tentang kesulitan yang dihadapi guru. Kunjungan ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong agar guru meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa.
2.    Observasi kelas
Observasi kelas adalah meneliti suasana kelas selama pelajaran berlangsung, agar memperoleh data yang objektif yang dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas mengajar. Data yang dianalisis dari hasi observasi akan dapat membantu guru untuk mengubah cara-cara mengajar kea rah yang lebih baik.
3.    Percakapan pribadi
Percakapan pribadi adalah percakapan langsung antara supervisor dengan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar. Dengan percakapan pribadi diharapkan guru dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang dialaminya dalam menjalankan tugasnya di sekolah.
4.    Saling mengunjungi kelas
Saling mengunjungi kelas adalah saling mengunjungi antara guru yang satu dengan guru yang lain yang sedang mengajar. Kunjungan guru ini dapat membantu guru yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan mengajar. Dengan saling mengunjungi kelas memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk saling berbagi dalam memecahkan masalah kesulitan dalam mengajar.
5.    Menilai diri-sendiri.
Menilai diri sendiri adalah mengukur dan menilai terhadap diri guru untuk melihat kemampuan mengjarnya. Dengan menilai diri sendiri, guru yang bersangkutan dapat melihat kemapuan diri sendiri dalam mengajar.
Untuk menilai diri sendiri dapat dilakukan dengan cara:
a.    Minta pandangan/pendapat dari siswa untuk menilai pekerjaannya. Biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik secara terbuka maupun secara tertutup
b.    Mennganalisis tes-tes terhadap unit kerja
c.    Mencatat aktifitas siswa dalam suatu catatan baik mereka yang bekerja secara perseorangan maupun secara kelompok.

Teknik supervisi kelompok meliputi kegiatan:
1.        Pertemuan orientasi bagi guru baru
2.        Rapat guru
3.        Studi kelompok anta guru
4.        Tukar menukar pengalaman
5.        Lokakarya
6.        Diskusi panel
7.        Seminar
8.        Simposium
9.        Demonstrasi teaching
10.    Mengikuti kursus
11.    Organisasi jabatan
12.    Perjalanan sekolah untuk staf sekolah.




[1] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010, 17

[2] Piet A. Sahertian: 2010,18
[3] Depag RI, Administrasi dan Supervisi Pendidika, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004, 28-29.
[4] Peter F. Oliva, Supervision for Today’s School, New York, Longman, 1894.
[5] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung, CV Alfabeda, 2008, 236

[6] Depar RI, 2004,31
[7] Piet A. Sahertian,2010, 22-24
[8] Piert A. Sahertian, 2010
[9] B. Suryobroto, 2010, 180

No comments:

Post a Comment