Kuliah 12
Administrasi Pendidikan
Bimbingan Dan Konseling
A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa,
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku[1].
Menurut Rochman Natawijaya, mengertikan
Bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai
perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial [2].
Menutut Kartini Kartono, Bimbingan adalah
pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan
pengetahuan pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam
menolong kepada orang lain yang memerlukan pertolongan [3].
Dari pendapat para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa” Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada
seseorang atau sebuah kelompok secara berkelanjutan dan sistematis yang
dilakukan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing ) agar menjadi individu atau kelompok individu
menjadi pribadi yang memahami dirinya, lingkungannya, dan dapat menyesuaikan
dengan lingkungannya dan dapat
mengembangkan potensinya secara mandiri.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan
Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien [4].
Winkel mendefinisikan konseling sebagai
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus[5].
Dari pengertian konseling di atas dapat
disimpulkan bahwa konseling adalah usaha membantu klien secara tatap muka
dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah
yang dihadapi oleh klien
Dari uraian tentang bimbingan dan
konseling di atas, apat dirumuskan bahwa bimbingan dan konseling adalah bantuan
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok dengan cara
tatap muka dengan memberikan pengetahuan tambahan agar dapat mengatasi masalah
yang dihadapinya dan dapat berkembanga dalam hubungan pribadi, sosial, dan
lingkungan yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis.
B.
Tujuan
dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dari
pengertian Bimbingan dan konseling di atas, dapat dirumuskan bahwa tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk membantu peserta didik mencapai
tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai pribadi dan makhluk sosial.
Untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1)
mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugastugas perkembangannya, (2)
mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, (3)
mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4)
memahami dan mengatasi kesulitankesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya
untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tenpat kerja dan masyarakat, (6)
menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7)
menggunakan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan
teratur secara optimal.
Secara
khusus layanan Bimbingan Konseling di sekolah bertujuan untuk membantu siswa
agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek pribadi-sosial,
dan belajar. Bimbingan pribadi-sosial, dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang mandiri dan
bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan tugas
perkembangan pendidikan.
Dalam
aspek perkembangan pribadi dan sosial, bimbingan dan konseling dapat membantu
siswa agar:
1. Memiliki kesadaran
diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kehususan yang ada pada
dirinya.
2. Dapat
mengembangkan sikap posotif, seperti menggambarkan orangorang yang mereka
senangi..
3. Membantu pilihan
secara sehat.
4. Mampu menghargai
orang lain.
5. Mamiliki rasa
tanggung jawab.
6. Menggambarkan
keterampilan hubungan antar pribadi.
7. Dapat
menyelesaikan konflik.
8. Dapat membantu
keputusan secara efektif.
Dalam aspek tugas perkembangan belajar,
layanan Bimbingan Konseling membantu siswa agar:
1. Dapat melaksanakan
keterampilan atau teknik belajar secara efektif.
2. Dapat menetapkan
tujuan dan perencanaan pendidikan.
3. Mampu belajar
secara efektif.
4. Memiliki keterampilan dan
kemampuan dalam menghadapi
evaluasi/ujian.
Adapun
Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling antara lain :
1. Fungsi Pemahaman
Yaitu membantu
peserta didik agar memiliki pemahaman atas dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman
ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal,
dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Preventif
Yaitu upaya untuk
mengantisipasi berbagai masalaha yang mungkin terjadi terhadap peserta didik.
Melaui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
3. Fungsi
Pengembangan
Yaitu upaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan
siswa.
4. Fungsi Perbaikan.
Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
5. Fungsi Penyaluran
Yaitu fugsi
bimbingan yang membantu individu memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau
program studi, dan memantapkan penguasaan karir ata jabatan yang sesuai dengan
bakat, minat, keahlian dan cirri-ciri pribadi yang lain.
6. Fungsi Adaptasi.
Yaitu fungsi yang
membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor atau guru untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat
dan kemampuan serta kebutuhan individu (siswa).
7. Fungsi
Penyesuaian.
Yaitu fungsi
bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara
dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau
norma agama.
C.
Langkah-Langkah
dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam pemberian bimbingan dikenal adanya langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Langkah identifikasi kasus
Langkah ini
dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam
langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan
memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu.
2.
Langkah diagnosa
Langkah
diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar
belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data
dengan cara mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data.
3.
Langkah prognosa
Langkah
prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang
dilaksanakan untuk membimbing kasus.
4.
Langkah terapi
Langkah terapi
yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan
pelaksanaan apa-apa yang telah ditetapkan dalam prognosa. Langkah ini memakan banyak waktu dan proses yang kontinu dan
sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5.
Langkah evaluasi dan follow-up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai dan mengetahui
sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai
hasilnya. Dalam langkah follow-up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan
selanjutnyadalam jangkah waktu yang lebih jauh.
D.
Teknik
Bimbingan dan Konseling
Teknik
Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu,
mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan
mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan
dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Adapun
teknik-teknik yang digunakan dalam bimbingan menggunakan
dua pendekatan,
yaitu pedekatan secara kelompok dan pendekatan secara individual. Pendekatan
secara kelompok disebut juga bimbingan kelompok, dan pendekatan secara
individual disebut bimbingan individual.
1.
Bimbingan kelompok (group
guidance)
Bimbingan
kelompok digunakan untuk membantu siswa atau sekelompok siswa dalam memecahkan
masalah-masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah-masalah yang dihadapi
mungkin bersifat kelompok, yaitu masalah yang dampaknya dirasakan oleh kelompok
atau dirasakan oleh individu sebagai bagian dari kelompok. Dengan demikian,
bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mengatasi masalah bersama atau membantu
individu untuk mengatasi masalah dalam suatu kelompok.
Teknik-teknik bimbingan kelompok sebagaimana yang dipaparkan oleh Djumhur yaitu:
a. Home room program
Home
room program yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal siswa dengan lebih baik. Dengan mengenal siswa, guru dapat membantu
masalah yang dihadapi siswa secra efesien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam
bentuk pertemuan antara guru dengan siswa
diluar jam-jam
pelajaran untuk membicarakan hal yang dinggap perlu.
b. Karyawisata
Karyawisata
dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Dengan
karyawisata, siswa mendapat kesempatan untuk mendapatkan bimbingan untuk
mendapatkan informasi mengenai objek-objek yang dianggap perlu berkaitan dengan
pendidikan, sehingga dengan karyawisata dapat menambah wawasan siswa. Dengan
karyawisata juga siswa juga mendapat kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri
dalam kelompok.
c. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok
merupakan suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan
masalah bersama-sama. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk menyumbangkan
pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
d. Kegiatan
kelompok
Kegiatan kelompok
dapat dijadikan sebagai salah satu teknik yang baik dalam bimbingan, karena
dengan kegiatan kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk
berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Dengan kegiatan kelompok memberikan
kesempatan kepada individu untuk mengembangkan bakat-bakat, menyalurkan
ide-idenya, dan mengembangakan rasa tanngung jawab.
e. Organisasi siswa
Organisasi
siswa merupakan salah satu cara alam bimbingan kelompok, baik di dalam
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Organisasi siswa,memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Melalui
organisasi, banyak masalah-masalah baik yang sifatnya indivual maupun kelompok
dapat diselesaikan. Disamping itu, melibatkan siswa dalam organisasi dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan.
f. Sosiodrama
Sosio drama dapat
dijadikan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan masalah-masalah sosial
melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan
memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah sosial.Dalam kesempatan
itu, individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya,
kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.
g. Psikodrama
Psikodrama
adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh
individu. Dengan memerankan peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada
pada dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. Caranya dapat dilakukan dengan
mengemukakan suatu cerita kepada sekelompok murid yang di dalamnya
menggambarkan suatu ketegangan psychis yang sialami oleh individu. Kemudian
murid-murid diminta untuk memainkannya di depan kelas. Bagi murid yang
mengalami ketegangan, permainan dalam perana itu dapat mengurangi ketegangannya.
h. Remedial teaching
Remedial teaching
(pengajaran remedial) yaitu bentuk pengajaran yang diberikan kepada siswa untuk
membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial teaching
berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan
aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang
dialami murid. Remedial teching ini merupakan salah satu teknik memberikan
bimbingan yang dapat diberikan secara kelompok atau individu tergantung kesulitannya[6].
2.
Penyuluhan Individual (individual
counseling)
Penyuluhan
individu adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam membantu
menyelesaikan masalah pribadinya secara langsung. Dalam teknik ini, pemberian
bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relationship
(hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara counselor
dengan kasus. Masalah yang dipecahkan melalui teknik ini adalah masalah-masalah
yang bersifat pribadi.
Dalam
konseling individual, seorang konselor hendaknya bersikap memberi ruang dan
suasana yang memungkinkan konseli untuk
membuka diri setransparan mungkin. Untuk itu konselor perlu menunjukan rasa
simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan
apa yang sedang dirasakan oleh kasus (counselee). Empati artinya berusaha
menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan segala masalah-masalah
yang dihadapinya. Dengan sikap ini counselee akan memberikan kepercayaan yang
sepenuhnya kepada counselor. Sikap ini akan sangat membentu keberhasilan dalam
konseling.
Pada
umumnya, dikenal tiga teknik khusus dalam konseling individual yaitu:
a. Directive Counseling
Directive
Counseling yaitu teknik konseling dimana yang paling berperan ialah konselor; ia
mengarahkan counselee sesuai dengan masalahnya. Karenanya, inisiatif dan
peranan utama dalam pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor.
Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor.
Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk
dipergunakan dalam usaha diagnosis.
Langkah-langkah
dalam konseling direktif yaitu:
1)
Analisis data tentang klien
2)
Pensintesisan data untuk mengenali
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien
3)
Diagnosis masalah
4)
Prognosis atau prediksi tentang
perkembangan masalah selanjutnya
5)
Pemecahan masalah
6)
Tindak lanjut dan peninjauan
hasil-hasil konseling
b.
Non-direktif counseling,
Non-directive
counseling adalah kebalikan teknik direktif konseling, yaitu pemecahan masalah
yang berpusat pada counselee atau klien. Dalam teknik ini, yang banyak berperan
ialah klien, sedangkan konselor hanya menampung pembicaraan. Counselee bebas
berbicara sedangkan counselor menampung dan mengarahkan. Melalui pendekatan ini
klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaannya dan
pikiran-pikirannya secara bebas.
Adapun
penerapannya dalam proses non-direktif konseling sebagai berikut:
1)
Klien datang pada konselor atas
kemauan sendiri. Jika klien datang karena disuruh orang lain, maka konselor
harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif
2)
Situasi konseling sejak awal harus
menjadi tanggung jawab klien, untuk itu konselor menyadarkan klien
3)
Konselor memberanikan klien agar ia
mampu mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan
menerima klien sebagaimana adanya.
4)
Konselor menerima perasaan klien
serta memahaminya
5)
Konselor berusaha agar klien dapat
memahami dan menerima keadaan dirinya
6)
Klien menentukan pilihan sikap dan
tindakan yang akan diambil (perencanaan)
7)
Klien merealisasikan pilihannya itu
c. Eclective Counseling
Eclective
Counseling yaitu campuran dari kedua teknik konseling yaitu directive
counseling dan non-direvtive counseling.
E.
Program-Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
Agar kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah dapat berjalan dengan baik, maka perlu disusun suatu program-program
rencana yang baik sehingga kegiatan bimbingan dapat berjalan secara lebih
efisien.
Program bimbingan dan konseling di sekolah
sekurang-kurangnya harus mencakup dasar dan tujuan, program jangka pendek,
program jangka panjang, program umum, program khusus, prosedur kerja,
personalia, organisasi, perlengkapan dan pembiayaan.
Program khusus dari seluruh program
bimbingan di sekolah pada umumnya meliputi:
1.
Program
testing
Program
testing dalam konseling yaitu suatu penilaian atau pengukuran yang bertujuan
untuk menyediakan informasi individu baik untuk mengetahui perilaku maupun
potensinya. Penggunaan test dalam
konseling bertujuan untuk (a) keperluan seleksi; (2) penempatan siswa sesuai
dengan kemampuannya; (3) pelaksanaan kegiatan sehari-hari (psikologis).
2.
Program
orientasi
Program
orientasi adalah mengenalkan kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuh
di sekolah kepada siswa. Pengenalan ini bertujuan agar siswa dapat
menyesuaiakan diri ketika masuk ke lingkungan sekolah.
3.
Program
pengumpulan data
Program
pengumpulan data adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh keterangan
tentang diri siswa secara lengkap. Program ini merupakan pelengkap dari program
testing.
4.
Program
penempatan
Program
penempatan adalah layanan konseling yang memungkinkan siswa memperolah
penempatan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pada awal ajaran baru,
penempatan terutama diarahkan pada penempatan kelas, jurusan, dan
kelompok-kelompok khusus.
5.
Program
follow up dan evaluasi
Program
follow up dan evaluasi adalah program yang didasarkan pada prinsip bahwa sekolah tetap punya tanggung
jawab terhadap berhasil tidaknya siswa yang telah menamatkan sekolahnya. Untuk itu, sekolah harus mengetahui sejauh mana
siswa telah berhasil atau gagal di masyarakat.
[1] Prayitno, Erman Amti, Dasar-daras Bimbingan dan Konseling,Jakarta,
Rineka Cipta, 2004, 99
[4] Prayitno, Erman
Amti, Dasar-daras Bimbingan dan
Konseling,Jakarta, Rineka Cipta, 2004, 105.
[5] Winkel, W.S, Bimbingan
dan Konseling di Intitusi Pendidikan- Edisi Revisi, Jakarta, Gramedia, 2005,
34.
No comments:
Post a Comment