Kuliah
10
Akhlak
Tasawuf
Tasawuf
dalam Bingkai Ibadah
1.
Hakikat
ibadah
Ibadah dalam pandangan tasawuf adalah
mengerjakan segala sesuatu yang berlawanan dengan keinginan hawa nafsunya dalam
rangka membesarkan Allah. Ulama tasawuf mendefinisikan ibadah sebagai aktifitas
manusia dalam hubungannya dengan ubudiyah. Ibadah diartikan menjalankan perintah
Allah Swt dan menjauhi segala yang menjadi larangan Allah Swt[1].Ulama
tasawuf juga mengartikan ibadah adalah perbuatan ridha atau ikhlas terhadap apa
yang diberikan Allah kepada kita dan bersabar terhadap segala yang diberikan
kepada Allah dan segala yang hilang atau yang tidak diperolehnya.
Ulama tawasuf membagi ibadah menjadi 3
yaitu
a.
Pertama, beribadah kepada Allah lantaran mengharapkan
ridho dan pahalanya serta takut dengan segala ancaman dan siksaan yang
diberikan Allah kepada manusia. Hal ini berarti mengharapkan pahala dan surga
serta takut dengan dosa dan neraka adalah bagian dari ibadah kepada Allah.
Dengan pandangan ini, maka manusia didorong untuk menjalankan semua perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya.
b.
Kedua, beribadah kepada Allah lantaran beranggapan
bahwa ibadah adalah perbuatan mulia yang apabila dilakukan maka seseorang
tersebut akan mendapatkan kemuliaan dari Allah sehingga ibadah kategori ini
dilakukan oleh seseorang yang mulia jiwanya.
c.
Ketiga, beribadah kepada Allah sebab berpandangan bahwa
Allah merupakan Tuhan pencipta manusia dan segala makhluk yang patut disembah.
Menyembah Allah tidak memandang apakah ibadahnya mendapatkan imbalan dari Allah
atau tidak.
2.
Hubungan
Tasawuf dengan ibadah
Seluruh umat Islam sepakat bahwa manusia
tidak dapat dekat kepada Allah dan berjalan di jalanan yang menuju kepada-Nya,
kecuali hanya dengan ikhlas beribadat, mengabdi semata-mata lillahi ta'ala.[2] Perbuatan
baik apa saja jika tidak dilakukan dengan ikhlas maka dianggap tidak sempurna
dan bahkan tidak memiliki nilai apa-apa. Oleh karena itu ikhlas adalah menjadi
bagian yang amat penting dari semua kegiatan ibadah. Sekalipun begitu tidak
mudah menjalankannya. [3]
Dalam kitab Minhajul Abidin, Imamal-Ghazali mengatakan
bahwa ikhlas salah satu bentuk ibadah. Ihlas adalah ibadah bathin. Ikhlas
berurutan dengan tawakkal, sabar, taubat, dan ridho[4].
Konsep ikhlas dalam kitab Minhajul
Abidin merupakan niat sepenuhnya menjalankan karena ibadah kepada
Allah SWT. Ikhlas yang dimaksudkan
adalah sebagai bentuk pengabdian seorang hamba yang melaksanakan perintah dan kewajiban dari-Nya. Kitab Minhajul
Abidin yang terdiri dari tujuh bab yang berisi tahapan-tahapan
seorang hamba, dari tujuh bab
tersebut, yang menyinggung mengenai ikhlas berada dalam bab muqaddimah, bab
dua (tahapan taubat), bab lima (tahapan rintangan), bab enam (tahapan celaan), dan bab tujuh
(tahapan bersyukur kepada Allah).
Hakikat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian
diri dan amaliyah-amaliyah Islam. Jadi, fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan
manusia berkeperibadian yang shalih den berperilaku baik den mulia serta
ibadahnya berkualitas. Dalam kehidupan modern, tasawuf menjadi obat yang
mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari pusat dirinya,
sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan dari hidupnya.
[1]
“Pengertian Ibadah Menurut
Ulama Tasawuf,” Islam Cendekia, 7 Agustus 2014,
https://www.islamcendekia.com/2014/08/pengertian-ibadah-menurut-ulama-tasawuf.html.
[2]
“TASAWUF DAN IBADAH - NGAJI
ISLAM,” TASAWUF DAN IBADAH - NGAJI ISLAM (blog), 23 Juli 2008,
http://ngajiislam.blogspot.com/2008/07/yasawuf-dan-ibadah.html.
[3]
“Ikhlas Bagian Terpenting Dari
Ibadah,” uin-malang.ac.id, diakses 26 Maret 2020,
https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/151001/ikhlas-bagian-terpenting-dari-ibadah.html.
[4]
“SKRIPSI SHINTA.pdf,” diakses
26 Maret 2020,
http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1848/1/SKRIPSI%20SHINTA.pdf.
No comments:
Post a Comment