Wednesday, March 25, 2020

Kuliah 10 Akhlak Tasawuf


Kuliah 10
Akhlak Tasawuf
Tasawuf dalam Bingkai Ibadah

1.    Hakikat ibadah
Ibadah dalam pandangan tasawuf adalah mengerjakan segala sesuatu yang berlawanan dengan keinginan hawa nafsunya dalam rangka membesarkan Allah. Ulama tasawuf mendefinisikan ibadah sebagai aktifitas manusia dalam hubungannya dengan ubudiyah. Ibadah diartikan menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi segala yang menjadi larangan Allah Swt[1].Ulama tasawuf juga mengartikan ibadah adalah perbuatan ridha atau ikhlas terhadap apa yang diberikan Allah kepada kita dan bersabar terhadap segala yang diberikan kepada Allah dan segala yang hilang atau yang tidak diperolehnya.
Ulama tawasuf membagi ibadah menjadi 3 yaitu
a.       Pertama, beribadah kepada Allah lantaran mengharapkan ridho dan pahalanya serta takut dengan segala ancaman dan siksaan yang diberikan Allah kepada manusia. Hal ini berarti mengharapkan pahala dan surga serta takut dengan dosa dan neraka adalah bagian dari ibadah kepada Allah. Dengan pandangan ini, maka manusia didorong untuk menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
b.      Kedua, beribadah kepada Allah lantaran beranggapan bahwa ibadah adalah perbuatan mulia yang apabila dilakukan maka seseorang tersebut akan mendapatkan kemuliaan dari Allah sehingga ibadah kategori ini dilakukan oleh seseorang yang mulia jiwanya.
c.       Ketiga, beribadah kepada Allah sebab berpandangan bahwa Allah merupakan Tuhan pencipta manusia dan segala makhluk yang patut disembah. Menyembah Allah tidak memandang apakah ibadahnya mendapatkan imbalan dari Allah atau tidak.

2.    Hubungan Tasawuf dengan ibadah
Seluruh umat Islam sepakat bahwa manusia tidak dapat dekat kepada Allah dan berjalan di jalanan yang menuju kepada-Nya, kecuali hanya dengan ikhlas beribadat, mengabdi semata-mata lillahi ta'ala.[2] Perbuatan baik apa saja jika tidak dilakukan dengan ikhlas maka dianggap tidak sempurna dan bahkan tidak memiliki nilai apa-apa. Oleh karena itu ikhlas adalah menjadi bagian yang amat penting dari semua kegiatan ibadah. Sekalipun begitu tidak mudah menjalankannya. [3]
Dalam kitab Minhajul Abidin, Imamal-Ghazali mengatakan bahwa ikhlas salah satu bentuk ibadah. Ihlas adalah ibadah bathin. Ikhlas berurutan dengan tawakkal, sabar, taubat, dan ridho[4]. Konsep ikhlas dalam kitab Minhajul Abidin merupakan niat sepenuhnya menjalankan karena ibadah kepada Allah SWT. Ikhlas yang dimaksudkan adalah sebagai bentuk pengabdian seorang hamba yang melaksanakan perintah dan kewajiban dari-Nya. Kitab Minhajul Abidin yang terdiri dari tujuh bab yang berisi tahapan-tahapan seorang hamba, dari tujuh bab tersebut, yang menyinggung mengenai ikhlas berada dalam bab muqaddimah, bab dua (tahapan taubat), bab lima (tahapan rintangan), bab enam (tahapan celaan), dan bab tujuh (tahapan bersyukur kepada Allah).
Hakikat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian diri dan amaliyah-amaliyah Islam. Jadi, fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkeperibadian yang shalih den berperilaku baik den mulia serta ibadahnya berkualitas. Dalam kehidupan modern, tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari pusat dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan dari hidupnya.


[1] “Pengertian Ibadah Menurut Ulama Tasawuf,” Islam Cendekia, 7 Agustus 2014, https://www.islamcendekia.com/2014/08/pengertian-ibadah-menurut-ulama-tasawuf.html.
[2] “TASAWUF DAN IBADAH - NGAJI ISLAM,” TASAWUF DAN IBADAH - NGAJI ISLAM (blog), 23 Juli 2008, http://ngajiislam.blogspot.com/2008/07/yasawuf-dan-ibadah.html.
[3] “Ikhlas Bagian Terpenting Dari Ibadah,” uin-malang.ac.id, diakses 26 Maret 2020, https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/151001/ikhlas-bagian-terpenting-dari-ibadah.html.
[4] “SKRIPSI SHINTA.pdf,” diakses 26 Maret 2020, http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1848/1/SKRIPSI%20SHINTA.pdf.

No comments:

Post a Comment