Kuliah 7
Akhlak Tasawuf
Mengenal Tasawuf Akhlak , Falsafi, dan Irfani
1.
Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf
yang berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran yang
mewujudkan manusia yang dapat ma’rifah kepada Alloh dengan metode-metode
tertentu yang telah di rumuskan. Tasawuf akhlaqi sering disebut juga dengan
istilah tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur’an dan
Hadits.
Dalam
diri manusia ada potensi untuk menjadibaik dan potensi untuk menjadi buruk.
Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara
potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang
dibantu oleh syaithan.
Sebagaimana digambarkan dalam
al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut :
Artinya : “Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya”.
Tokoh
sufi yang mengembangkan tasawuf akhlaqi antara lain :
a.
Hasan Al-Basri (21 H – 110 H) Ajaran tasawufnya
adalah rasa takut dan pengharapan tidak akan dirundung kemuraman karena
mengingat Alloh SWT.
b.
Al-Muhasibi (165H – 243H) Ajaran tasawufnya
adalah ketakwaan kepada Alloh SWT, melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
meneladani Rasululloh SAW.
c.
Al-Qusyaeri (376H – 465H) Ajaran tasawufnya
adalah landasan tauhid yang benar berdasarkan doktrin Ahlus sunnah.
d.
Al-Gazali (450H – 505H) Ajaran tasawufnya
adalah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. Serta doktrin
Hlus Sunnah Wal Jamaah (tasawuf suni).
2.
Tasawuf Falsafi
Tasawuf
Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan teori-teori tasawuf
dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang
filosof.
Ibnu Khaldun berendapat bahwa objek
utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat perkara. Keempat perkara
itu adalah sebagai berikut:
a.
Latihan rohaniah dengan rasa,
intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
b.
Iluminasi atau hakikat yang
tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani, ‘arasy, kursi,
malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib
maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang penciptanya serta
penciptaannya.
c.
Peristiwa-peristiwa dalam alam
maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau
keluarbiasaan.
d.
Penciptaan ungkapan-ungkapan yang
pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang dalam hal ini telah
melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui atau
menginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh
penting yang termasuk kelompok sufi falsafi antara lain adalah
a.
al-Hallaj (244 – 309 H/ 858 – 922 M)
b.
Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H) al-Jili
(767 H – 805 H)
c.
Ibnu Sab’in (lahir tahun 614 H)
d.
as-Sukhrawardi dan yang lainnya.
3.
Tasawuf Irfani
Tasawuf
‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau ma’rifah
diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi
melalui pemebirian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya
melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang
dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah
dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham
(intuisi).
okoh sufi yang mengembangkan tasawuf
irfani antara lain :
a.
Rabi’ah Al-Adawiyah (96 – 185H) Ajaran tasawufnya
adalah Cinta Kepada Alloh SWT.
b.
Dzu An-nun Al-Bizri (180H – 246 H) Ajaran tasawufnya
adalah ma’rifat kepada Alloh dengan jalan ma’rifat batin.
c.
Abu Yazid Al-Bustami (200
H – 261 H) Ajaran tasawufnya adalah Fana dan Baqa.
d.
Abu Manshur Al-Halla (224H –
309H) Ajaran tasawufnya adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud.
No comments:
Post a Comment