Monday, March 2, 2020


Kuliah 7
Akhlak Tasawuf

Mengenal Tasawuf Akhlak , Falsafi, dan Irfani
1.    Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan manusia yang dapat ma’rifah kepada Alloh dengan metode-metode tertentu yang telah di rumuskan. Tasawuf akhlaqi sering disebut juga dengan istilah tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadibaik dan potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang dibantu oleh syaithan.
Sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut :
Artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
Tokoh sufi yang mengembangkan tasawuf akhlaqi antara lain :
a.    Hasan Al-Basri (21 H – 110 H) Ajaran tasawufnya adalah rasa takut dan pengharapan tidak akan dirundung kemuraman karena mengingat Alloh SWT.
b.   Al-Muhasibi (165H – 243H) Ajaran tasawufnya adalah ketakwaan kepada Alloh SWT, melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meneladani Rasululloh SAW.
c.    Al-Qusyaeri (376H – 465H) Ajaran tasawufnya adalah landasan tauhid yang benar berdasarkan doktrin Ahlus sunnah.
d.   Al-Gazali (450H – 505H) Ajaran tasawufnya adalah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. Serta doktrin Hlus Sunnah Wal Jamaah (tasawuf suni).

2.    Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan teori-teori tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang filosof.
Ibnu Khaldun berendapat bahwa objek utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat perkara. Keempat perkara itu adalah sebagai berikut:
a.    Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
b.    Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani, ‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang penciptanya serta penciptaannya.
c.    Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
d.    Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui atau menginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh penting yang termasuk kelompok sufi falsafi antara lain adalah
a.    al-Hallaj (244 – 309 H/ 858 – 922 M)
b.    Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H) al-Jili (767 H – 805 H)
c.     Ibnu Sab’in (lahir tahun 614 H)
d.    as-Sukhrawardi dan yang lainnya.



3.    Tasawuf Irfani
Tasawuf ‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemebirian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
okoh sufi yang mengembangkan tasawuf irfani antara lain :
a.    Rabi’ah Al-Adawiyah (96 – 185H) Ajaran tasawufnya adalah Cinta Kepada Alloh SWT.
b.   Dzu An-nun Al-Bizri (180H – 246 H) Ajaran tasawufnya adalah ma’rifat kepada Alloh dengan jalan ma’rifat batin.
c.    Abu Yazid Al-Bustami (200  H – 261 H) Ajaran tasawufnya adalah Fana dan Baqa.
d.   Abu Manshur Al-Halla (224H – 309H) Ajaran tasawufnya adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud.

No comments:

Post a Comment