Kuliah 9
Akhlak Tasawuf
Mengenal fase
tasawuf (Takhalli, Tahalli, dan Tajalli)
1. Takhalli
Takhalli adalah usaha
mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak
tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah
kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi[1]. Takhalli juga dapat diartikan mengosongkan diri dari
sifat ketergantungan terhadap kelezatan duniawi[2].
Menurut Jannah takhalli adalah pembebasan diri dari kualitas- kualitas tercela[3]. Sementara Masrur mendefinisikan takhalli
sebagai pembersihan diri (tazkiyat al-nafs) dari sifat - sifat tercela dan juga
dari kotoran - kotoran/penyakit hati yang merusak[4]. Dari
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa takhalli adalah usaha membebaskan
aatau mengosongkan atau membersihkan diri dari perilaku atau sifat-sifat
tercela atau penyakit hati yang dapat merusak. Diantaranya kecintaan yang
berlebihan terhadap dunia
Takhalli dapat ditempuh dengan
menjauhkan dari kemaksiatan dengan segala bentuk dan melepaskan dari kubangan
hawa nafsu jahat[5].
Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua yaitu maksiat lahir dan
batin. Maksiat lahir adalah segala maksiat tercela yang dilakukan oleh anggota
lahir. Sedangkan maksiat batin adalah segala maksiat yang dilakukan oleh
anggota batin yaitu hati[6].
Langkah-langkah dalam menjalankan
takhalli antara lain:
a. Menghayati
segala bentuk ibadah, sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang terlihat
secara lahiriyyah, namun lebih dari itu, memahami makna hakikinya.
b. Riyadhoh (latiahan) dan mujahadah (perjuangan)
yakni berjuang dan berlatih membersihkan diri dari kekangan hawa nafsu, dan
mengendalikan serta tidak menuruti keinginan hawa nafsuny tersebut.
c. Mencari
waktu yang tepat untuk mengubah sifat buruk dan mempunyai daya tangkal terhadap
kebiasaan buruk dan menggantikanya dengan kebiasaannya yang baik.
d. Mukhasabah
(koreksi) terhadap diri sendiri dan selanjutnya meninggalkn sifat-sifat yang
jelek itu. Memohon pertolongan Allah dari godaan syaitan[7].
2. Tahalli
Setelah melalui tahap pembersihan
diri dari segala sifat dan sikap mental yang tidak baik dapat dilalui, usaha
itu harus berlanjut terus ke tahap kedua yang disebut tahalli. Tahalli
adalah menghias diri dengan jalan membiasakan diri untuk bersifat dan bersikap
yang terpuji, berusaha agar setiap gerak dan tingkah lakunya berjalan sesuai
dengan ajara-ajaran agama, dan konsisten dengan langkah-langkah sebelumnya
(ber-takhalli), melakukan olah fisik (riyadhah) dan jiwa dengan amalan-amalan
baik (ibadah)[8].
Masrur mendefinisikan tahalli sebagai membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta
perbuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak gerik dan prilaku selalu
berjalan di atas ketentuan agama[9].
Menurut Ismail, tahalli adalah mengisi diri dengan sifat- sifat terpuji,
dengan taat lahir dan bathin[10].
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahalli adalah
membiasakan diri bersikap dan bersifat terpuji dalam setiap gerik dan perilaku.
Tahlli merupakan
tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan
kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental
yang baik dapat dilalui, usaha itu harus berlanjut terus ketahap berikutnya,
yaitu tahalli[11].Ada
beberapa cara untuk menghiasi diri kita untuk mendekatkan diri pada Allah
diantaranya : zuhud, qona’ah, sabar, tawakal hatinya, mujahadah, rida,
syukur, masuk dalam ategori kriteria jiwa atau mental yang sehat[12].
3. Tajalli
Tajalli
berarti penampakan diri Tuhan yang bersifat absolute dalam bentuk alam yang terbatas. Istilah ini berasal dari
kata tajalla atau yatajalla
yang artinya menyatakan diri[13].Dengan
kata lain setelah seseorang bisa melalui dua tahap takhalli dan tahalli (mengosongkan hati nurani dari
sifat tercela dan mengisi atau menghiasi diri
dengan sifat yang baik), maka dia akan mencapai tahap ketiga yakni tajalli yang berarti lenyap atau hilangnya hijab
dari sifat kemanusiaan (basyariyah)
atau terangnya atau terungkapnya nur ghaib
(tersembunyi), atau fana’ segala sesuatu (selain
Allah) ketika nampak wajah Allah[14].
Tajalli juga dipahami sebagai pengalaman spiritual yang merasakan jelas kehadiran Tuhan dalam kehidupannya[15].
Menurut Husnaini tajalli berarti terbebasnya hari seseorang dari tabir (hijab),
yaitu sifat-sifat kemanusian atau memperoleh nur yang selama ini tersembunyi
(Ghaib)[16].
Dengan demikian tajalli adalah tahap kesempurnaan tasawuf setelah melalui tahap
takhalli dan tahalli, sehingga seseorang akan merasakan kehadiran Allah sehingga
tersingkap nur ilahi. Orang semacam ini mencapai ma’rifatullah
yaitu perasaan keinsanan
lenyap, rasa ke-Tuhanan dalam
keadaan sama semua rahasia yang membatasi diri dengan Allah tersingkap kasyaf,
ketika itu antara diri dengan
Allah menjadi satu dalam baqa-Nya
sehingga Allah terasa hadir setiap saat dimana dan kapan saja.
Daftar Rujukan
Fase-Fasae Akhlaq Tasawuf. “Fase-Fasae
Akhlaq Tasawuf.” Diakses 19 Maret 2020.
http://zyuone.blogspot.com/2012/12/fase-fasae-akhlaq-tasawuf.html.
Hasan, Ismail. “Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan.”
An-Nuha: Jurnal Kajian Islam, Pendidikan, Budaya & Sosial 1, no. 1,
Juli (2014): 45–63.
Husnaini, Rovi. “Hati, Diri dan Jiwa (Ruh).” Jurnal
Aqidah dan Filsafat Islam 1, no. 2 (2016): 62–74.
Ilham, Muh. “Puncak Klimaks Capaian Sufistik Dalam
Perspektif Tasawuf.” Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat
13, no. 2 (2017): 169–200. https://doi.org/10.24239/rsy.v13i2.264.
Kholifah, Dewi Umu. “Tasawuf Akhlaqi Dalam Pemikiran
Syaikh Abdul Qādir Al-Jailānī Dan Relevansinya Dalam Pembentukan Insan Kamil.”
Masters, UIN Raden Intan Lampung, 2018. http://repository.radenintan.ac.id/3424/.
Masrur, Masrur. “Pemikiran dan Corak Tasawuf Hamka
dalam Tafsir Al-Azhar.” Medina-Te : Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (2016):
15–24. https://doi.org/10.19109/medinate.v12i1.1143.
“Peranan ajaran tasawuf dalam pembinaan kesehatan
mental - IAIN Padangsidimpuan Institutional Repository.” Diakses 19 Maret 2020.
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/249/.
Raihanrosni. “IUS 4613 Tasawwuf Perbandingan.”
Engineering, 07:15:00 UTC.
https://www.slideshare.net/raihanrosni/ius-4613-tasawwuf-perbandingan.
Supriyadi, Supriyadi, dan Miftahol Jannah.
“Pendidikan Karakter Dalam Tasawuf Modern Hamka Dan Tasawuf Transformatif
Kontemporer.” Halaqa: Islamic Education Journal 3, no. 2 (7 Januari
2020): 91-95–95. https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i2.2725.
Unknown. “Konsep Takhali, Tahali Dan Tajjali.”
Diakses 19 Maret 2020.
http://komenkcb.blogspot.com/2012/03/konsep-takhali-tahali-dan-tajjali.html.
[1]
“Fase-fasae
akhlaq tasawuf,” Fase-fasae akhlaq tasawuf (blog), diakses 19 Maret
2020, http://zyuone.blogspot.com/2012/12/fase-fasae-akhlaq-tasawuf.html.
[2] Ismail
Hasan, “Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan,” An-Nuha: Jurnal Kajian Islam,
Pendidikan, Budaya & Sosial 1, no. 1, Juli (2014): 54.
[3] Supriyadi
Supriyadi dan Miftahol Jannah, “Pendidikan Karakter Dalam Tasawuf Modern Hamka
Dan Tasawuf Transformatif Kontemporer,” Halaqa: Islamic Education Journal
3, no. 2 (7 Januari 2020): 91, https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i2.2725.
[4] Masrur
Masrur, “Pemikiran dan Corak Tasawuf Hamka dalam Tafsir Al-Azhar,” Medina-Te :
Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (2016): 21,
https://doi.org/10.19109/medinate.v12i1.1143.
[5] Unknown,
“KONSEP TAKHALI, TAHALI DAN TAJJALI,” diakses 19 Maret 2020,
http://komenkcb.blogspot.com/2012/03/konsep-takhali-tahali-dan-tajjali.html.
[6] raihanrosni,
“IUS 4613 TASAWWUF PERBANDINGAN,”
https://www.slideshare.net/raihanrosni/ius-4613-tasawwuf-perbandingan.
[8] Muh
Ilham, “Puncak Klimaks Capaian Sufistik Dalam Perspektif Tasawuf,” Rausyan
Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat 13, no. 2 (2017): 169–200,
https://doi.org/10.24239/rsy.v13i2.264.
[11] Rovi
Husnaini, “Hati, Diri dan Jiwa (Ruh),” Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
1, no. 2 (2016): 62–74.
[13] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 5, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, Cet. I, 1993), 40
[14] Dewi
Umu Kholifah, “Tasawuf Akhlaqi Dalam Pemikiran Syaikh Abdul Qādir Al-Jailānī
Dan Relevansinya Dalam Pembentukan Insan Kamil” (Masters, Uin Raden Intan
Lampung, 2018), Http://Repository.Radenintan.Ac.Id/3424/.
[15] “Peranan
ajaran tasawuf dalam pembinaan kesehatan mental - IAIN Padangsidimpuan
Institutional Repository,” 35, diakses 19 Maret 2020,
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/249/.
No comments:
Post a Comment